tag:blogger.com,1999:blog-41886395266303008152024-02-18T21:19:31.923-08:00BAHAN AJAR ONLINE APOLOGETIKAWeblog Dr.Yonas Muanley. Khusus Sebagai Sumber Belajar Online dalam Materi Kuliah Apologetika
di STT IKSM Santosa Asih 2016 (Periode Januari - Mei 2016)Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.comBlogger19125tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-23224295141800242662016-04-26T20:20:00.006-07:002023-08-28T23:54:30.540-07:00Soal UAS Apologetika<p>Soal Ujian Apologetika secara Online.<br />
Jelaskan soal-soal berikut ini dalam konteks Anda sebagai mahasiswa.<br />
<br />
1. Apakah Apologetika merupakan tanggungjawab semua orang Kristen?<br />
2. Bagaimana hubungan apologetika dan penginjilan?<br />
3. Bagaimana pendapat Anda tentang Apologetika yang dikawal Iman dan dilindungi Kasih?<br />
<br />
Jawaban secara Online melalui fasilitas kolom kementar.
<br />
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-70764759764370890432016-03-29T20:06:00.002-07:002016-03-29T20:06:17.327-07:00Menjadi publisher popcashnetPagi ini kembali saya posting sebuah berita tentang kerjasama yang saling menguntungkan yang saya lakukan melalui blog Bahan Ajar Online Apologetika dengan Popcash atau PopCash.Net - The Popunder Network. Website ini bekerja sama dengan siapa saja yang mau menjadi publisher di blog atau menerbitkan iklan dari para pemilik produk yang ada di popcash. Saya lakukan ini untuk memperkaya kerja sama melalui penyedia program “Publisher”. Melalui kerjasama ini pasti ada manfaat. Manfaatnya adalah blog terindeks google karena website popcash sangat di kenal di dunia online. Selain itu karya melalui blog dapat dibaca oleh siapa saja di seluruh dunia, dengan demikian maka saya telah berusaha menjadi berguna bagi orang lain. Tujuan lain yang lebih besar adalah mendapat dollar sebagai bagian dari doa: “Berikanlah kami hari ini makanan/rejeki yang secukupnya”. Ini doa ilahi, doa sulung dari si sulung dari Asia (Yerusalem). Doa ini masuk dalam urutan pengajaran Yesus Kristus. Itulah sebabnya saya dengan segenap kemampuan sebagai manusia yang “segambar dan serupa dengan Allah” memberdayakan kemampuan sebagai manusia yang punya kreativitas dan inovasi melalui “Blog”. Saya sering menyebut “GoBlog”. Menjadi dosen GoBlog. GoBlog dapat kita lakukan untuk banyak hal yang saling memberi manfaat bagi sesama.
Dalam postingan pagi ini saya ingin bercerita kepada siapa saja yang mengunjungi blog ini yaitu tentang “PUBLISHER”. Salah satu web terbaik (menurut penilian saya) yaitu POPCASH yang menyediakan peluang bagi siapa saja yang menggunakan website, khususnya blog untuk menjadi publisher.
Kelebihan dari POPCASH adalah menerima lebih dari satu blog. Saya sudah mendaftar 20 blog milik saya, hebatnya semuannya diterima dalam proses waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan semalam tanggal 29 Maret 2016 saya mendaftar tiga blog berselang beberapa menit langsung diaprove dan diterima. Kalau sudah diterima maka kita dapat kopi kode iklan ke halaman blig kita. Saya akan mendaftarkan blog yang saya buat ke POPCASH sepanjang kuoto masih memungkinkan. Jadi kalau ada punya blog yang banyak dan daftarkan ke POPCASH, waaaaau pasti dapat dollar yang membuat kita tersenyum.
Kelebihan lain yakni perkembangan penghasilan dalam bentuk dollar langsung kita tahu melalui halaman dasbor. Mengetahui perolehan dollar membuat semangat dalam menulis di blog. Silakan teman-teman blogger mendaftar jadi publisher di POPCASH.NET dan lihat hasilnya, yaitu berapa dollar yang mulai diperoleh. Anda bisa lihat sendiri. Inilah kelebihan dari POPCASH.NET.Silakan mendaftar jadi publisher melalui link ini. <a href="http://popcash.net/home/104482">KLIK DISINI</a>
Semoga berguna
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-48177950049593751102016-02-29T16:58:00.000-08:002016-02-29T17:33:17.977-08:00Soal Ujian Tengah Semester<p align="justify">Mahasiswa dapat menjawab soal dalam dua cara: Pertama jawaban secara online melalui komentar atau di fasilitas google plus. Kedua yakni melalui lembaran jawaban secara manual. Soal ujian diposting tanggal, 1 Maret 2016 pukul 07.57. Ujian dimulai Jam 08.00 WIB.</p>
<p align="justify">Soal.</p>
<p align="justify">1. Apa itu Filsafat?</p>
<p align="justify">2. Apa itu Apologetika?</p>
<p align="justify">3. Apa itu filsafat Apologetika Kristen?</p>
<p align="justify">4. Bagaimana pendapat Anda tentang pendekatan apologetika Yustinus Martir yaitu pendekatan logos? dan "firman yang berbuah"</p>
<p align="justify">5. Jelaskan pengertian apologetika dalam terminologi Apologetika sebagai Ilmu Mandiri dalam Teologi</p>
<p align="justify">6. Bagaimana bentuk pelaksanaan Apologetika Kristen?</p>
<p align="justify">Selamat menjawab</p>
<p align="justify">Dosen GoBlog Filsafat Apologetika</p>
</body>
</html>
Yonas MuanleyYonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-20184102079999873582016-01-24T07:54:00.004-08:002016-02-08T07:23:36.011-08:00Tujuan BerapologetikaKompetensi Dasar 6
Menjelaskan Tujuan apologetik
Apologetik Kristen tidak dilakukan tanpa tujuan melainkan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Apaologetika Kristen bertujuan untuk membela berita Injil terhadap kritik dan distorsi, baik karena penyalahgunaan maupun penyalahtafsiran Alkitab.
2. Apaologetika Kristen bertujuan untuk menyaksikan kredibilitas iman Kristen; membongkar dan menghancurkan (merombak) ajaran-ajaran yang salah.
3. Apaologetika Kristen bertujuan untuk mempertahankan dan tetap memberitakan ajaran yang benar.
4. Apaologetika Kristen bertujuan untuk membentangkan seluas-luasnya wawasan (worldview) iman Kristen.
Tujuan Politis Apologetika Kristen.
1. Apologetika Kristen merupakan tindakan etis terstruktur yang mempunyai tujuan yang berhubungan erat dengan keberadaan orang Kristen dalam lingkup masyarakat dalam wilayah kekuasaan politik suatu pemerintahan. Dalam hal ini, tujuan politis dari apologetik Kristen yaitu melalui apologetika yang dilakukan orang Kristen supaya orang Kristen memperoleh toleransi dan pengakuan hak yuridis akan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Upaya ini sangat dibutuhkan, khususnya bagi orang Kristen yang hidup di lingkungan mayoritas non Kristen.
2. Melalui apologetika Kristen, kita mempertanggungjawabkan kepada sesame yang tidak seiman akan hal yang benar tentang iman Kristen agar masyarakat dapat mengerti apa yang diyakini oleh orang Kristen sehingga orang lain tidak salah paham, dengan harapan agar kita dapat hidup dan bekerja sama dengan mereka dalam suasana penuh toleransi. Akan tetapi perlu dipertegas bahwa bahwa bekerja sama dan bertoleransi bukanlah sinkretisme. Bertoleransi artinya menghormati keberadaan ajaran agama lain tanpa harus melunturkan apalagi mengorbankan kebenaran ajaran iman kita.
Tujuan Spiritual Apologetika Kristen
Pelaksanaan apologetika Kristen membutuhkan keberanian rohani yang besar dan benar. Keberanian ini tidak didasarkan pada ego manusia tetapi harus dilandasi oleh kenyataan, sejarah dan relevansi ajaran iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya secara spiritual, keberanian berapologetik Kristen dapat terlaksana karena Allah telah menyatakan diri-Nya di dalam dan melalui firman-Nya. Kebenaran inilah yang mengubah kualitas spiritual orang Kristen sehingga melalui pengenalan dan pengalaman yang benar bersama Allah sumber kebenaran dapat mendorong orang Kristen untuk memberanikan dan memampukan orang Kristen untuk melakukan pembelaan atau pertanggungjawaban atas kebenaran iman Kristen.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-8137796272326151102016-01-24T07:26:00.003-08:002016-02-08T07:24:16.333-08:00Hubungan Apologetika dengan Penginjilan dan Metode ApologetikaKompetensi Dasar Ke-4
Hubungan Apologetika dengan Penginjilan dan Metode Apologetika
1. Hubungan Apologetika dengan Penginjilan
Bagaimana Apakah Apologetics Berkaitan dengan Penginjilan?
Penginjilan umumnya dipahami berbagi proklamasi atau pemberitaan tentang kabar baik (Injil) tentang Yesus Kristus. Dalam hal ini, apologetika (pembelaan/pertanggungjawaban iman) dapat dipandang sebagai pra-penginjilan atau sebagai bagian dari proses penginjilan. Pendekatan demikian akan meminimalisasi hambatan untuk kepercayaan dan mempersiapkan tanah untuk benih Injil yang akan ditaburkan. Sangat penting untuk tidak menceraikan apologetik dari penginjilan. Hal ini tidak mungkin bahwa orang yang memiliki keberatan intelektual terhadap keberadaan Tuhan atau historisitas Yesus akan menerima pesan Injil, dan apologetika akan membantu untuk menghilangkan hambatan-hambatan ini dengan menarik penalaran intelektual. Pada saat yang sama, seseorang bisa menjadi intelektual yakin kredibilitas dan bahkan kebenaran iman Kristen tapi masih tidak menjadi orang Kristen. Injil tidak hanya untuk pikiran, juga menarik bagi emosi dan, yang paling penting dari semua, untuk kehendak. Konversi terjadi ketika pikiran, hati dan kemauan yang menyerah kepada Allah dalam pertobatan dan iman. Karena itu sering akan lebih bijaksana untuk membagikan Injil seperti yang kita terlibat dalam argumen menyesal.
2. Metode Apologetics: Apologetika yang dikawal Iman dan dilindungi Kasih
Ada banyak cara yang berbeda untuk mendekati tugas apologetika dan tidak selalu mudah untuk mengklasifikasikan pendekatan yang berbeda. Tidak ada satu skema klasifikasi keuntungan dukungan universal. Dua kemungkinan cara mengelompokkan pendekatan umum adalah:
Tergantung pada cara argumen yang dibangun
1. Metode Klasik (misalnya William Lane Craig, RC Sproul, Norman Geisler, Stephen T. Davis, Richard Swinburne) Bertujuan untuk membangun teisme melalui argumen dari alam maka untuk menyajikan bukti-bukti untuk membuktikan bahwa Kristen adalah versi yang benar dari teisme. Sebagian pendukung metode ini mengklaim bahwa tidak ada gunanya menyajikan argumen dari bukti sejarah sampai orang telah memeluk pandangan dunia teistik karena mereka akan selalu menafsirkannya berdasarkan pandangan dunia mereka sendiri.
2. Metode Pembuktian (misalnya Gary R. Habermas, John W. Montgomery, Clark Pinnock, Wolfhart Pannenberg) Menggunakan argumen baik historis dan filosofis tetapi berfokus terutama pada bukti-bukti sejarah dan lainnya untuk kebenaran Kristen. Akan berdebat pada saat yang sama baik untuk teisme secara umum dan Kristen pada khususnya.
3. Metode kasus kumulatif (misalnya Paul D. Feinberg, Basil Mitchell, CS Lewis, C. Stephen Evans) Daripada mendekati tugas sebagai argumen logis formal, melihat kasus untuk Kristen sebagai lebih seperti singkat pengacara membuat dalam undang-undang pengadilan - argumen informal yang menggambar bersama bukti bahwa bersama-sama membuat kasus yang menarik dengan yang ada hipotesis lain yang dapat bersaing.
4. Metode prasuposisi (misalnya John M. Frame, Cornelius Van Til, Gordon Clark, Greg Bahnsen, Francis Schaeffer) Menekankan efek niskala dosa ke tingkat yang percaya dan tidak percaya tidak akan berbagi kesamaan cukup untuk tiga metode sebelumnya untuk mencapai tujuan mereka. Apologis harus mengandaikan kebenaran Kristen sebagai titik awal tepat untuk apologetik. Semua pengalaman ditafsirkan dan semua kebenaran yang dikenal melalui penyataan Kristen dalam Kitab Suci.
5. Metode epistemologi Reformed (misalnya Kelly James Clark, Alvin Platinga, Nicholas Wolterstorff, George Mavrodes, William Alston) Berpendapat bahwa orang percaya banyak hal tanpa bukti dan bahwa ini adalah masuk akal. Meskipun argumen positif dalam membela agama Kristen tidak selalu salah, kepercayaan pada Allah tidak membutuhkan dukungan bukti atau argumen rasional. Fokus, oleh karena itu, cenderung lebih pada apologetik negatif, membela terhadap tantangan dengan kepercayaan teistik.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-90589083515027105902016-01-24T07:21:00.004-08:002016-02-08T07:24:52.393-08:00Fungsi ApologetikaKompetensi Dasar 3
Menganalisis Fungsi Apologetika
Salah satu pokok yang digumuli dalam filsafat apologetika yakni: apakah apologetika mempunyai fungsi. Apa fungsi orang Kristen melakukan apologetika? Tentu jawabannya tidak sederhana, ia demikian kompleks karena ketika dipikirkan secara filsafat maka tujuan apologetika akan berkembang lebih kompleks. Tetapi paling tidak Apologetika umumnya dikatakan memiliki tiga fungsi, meskipun harus menyadari bahwa tidak semua apologis Kristen menerima bahwa semua fungsi itu valid (sebagian orang akan mengatakan bahwa kita tidak harus mencoba untuk membangun argumen positif bagi iman Kristen tetapi hanya fokus pada menyangkal tuduhan terhadap itu, ada pula pertanyaan, yaitu: seperti apa argumen harus digunakan dalam setiap fungsi apologetika. Walaupun belum ada persamaan persepsi tentang fungsi fungsi apologetika, paling tidak kita bagi apologetika dalam empat fungsi/tujuan. Walaupun seringkali masih diperdebatkan, akan tetapi keempat fungsi ini telah menjadi bagian penting dari apologetika, dan masing-masing fungsi tersebut memiliki pendukung-pendukung terkemuka di sepanjang sejarah gereja.
1. Apologetika berfungsi pembuktian. Apologetika dalam fungsinya sebagai pembuktian, hendak menyatakan bahwa orang Kristen perlu beargumen secara filosofis maupun ilmu pengetahuan dan sejarah untuk membela iman Kristiani. Tujuan dari fungsi ini adalah untuk membangun pandangan bahwa iman Kristiani adalah sebuah wawasan yang seharusnya diterima. Dengan kata lain, kita harus membandingkan secara jelas kesimpulan logis antara wawasan Kristiani dan wawasan-wawasan lainnya.
Fungsi ini biasanya dikenal dengan argumen untuk kebenaran iman Kristen (pembenaran / bukti / apologetik positif)
2. Apologetika berfungsi/bertujuan pembelaan. Dalam Perjanjian Baru dan di awal Kekristenan, kata apologia dipakai dalam fungsi ini, membela iman Kristiani terhadap serangan-serangan yang dilancarkan oleh kepercayaan-kepercayaan yang lain. Termasuk di dalam fungsi ini adalah tugas memperjelas pandangan Kristiani terhadap kesalah pahaman yang ada; menjawab sanggahan, kritik, ataupun pertanyaan orang-orang non-Kristiani; dan menghancurkan kesulitan intelektual yang menghalangi orang untuk percaya kepada Kristus.
3. Apologetika berfungsi sanggahan terhadap kepercayaan lain. Fungsi ini berfokus menjawab pembelaan dari orang-orang non-Kristiani terhadap kepercayaan mereka. Rata-rata apologis setuju bahwa fungsi ini tidak dapat berdiri sendiri, karena keberhasilan membuktikan bahwa sebuah agama atau filosofi adalah salah, tidaklah serta merta membuktikan bahwa Kekristenan adalah benar. Akan tetapi, sanggahan adalah salah satu fungsi penting dari apologetika.
4. Apologetika berfungsi bujukan atau ajakan. Bukan sekedar meyakinkan orang bahwa Kekristenan adalah benar, akan tetapi lebih jauh lagi mengajak mereka untuk menerapkan kebenaran tersebut dalam hidup mereka. Fungsi ini bertujuan untuk membawa orang-orang non-Kristen untuk mengambil komitmen kepada Kristus. Ingatlah bahwa tujuan seorang apologis bukanlah hanya untuk memenangkan perdebatan, tetapi untuk mengajak orang menyerahkan hidup dan kekekalan mereka ke dalam tangan Anak Allah yang telah mati bagi mereka.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-49396422529108338362016-01-24T07:20:00.005-08:002016-02-08T07:25:23.989-08:00Teori Pelaksanaan Apologetika Kompetensi Dasar 2
Mengidentifikasi Teori Pelaksanaan Apologetika Kristen
Menurut John M. Frame dan Edgar C. Powell, Apologetika dapat dilakukan dalam tiga bagian, yaitu:
1. Apologetika sebagai pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (IKor. 15:1-11);
Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya. Selanjutnya Jhon M. Frame menjelaskan ketiga tahap pelaksanaan apologetika tersebut diatas dengan menyatakan bahwa apologetika sebagai pembuktian menjelaskan tentang upaya dan metode untuk menyampaikan satu dasar yang rasional bagi iman Kristen, dan upaya untuk membuktikan kebenaran kekristenan. Istilah lain yang dipakai oleh John M. Frame dalam menyebut apologetika sebagai pembuktian yaitu apologetika pembuktian sebagai apologetika defensif. Yesus dan para Rasul sering memberikan bukti kepada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran Injil (Yoh. 14:11; 20; 24:31). 18) Apologetika itu dimaksudkan untuk menghahdapi ketidakpercayaan yang ada di dalam diri orang percaya. Apologetika digunakan untuk menjelaskan eksistensi Allah dan kebenaran Injil, dan menyingkapkan kebenaran doktrin Alkitab dalam berbagai argumentasi
2. Apologetika sebagai pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16)
Sedangkan apologetika sebagi pembelaan menurut Frame, yaitu bahwa apologetika sebagai pembelaan adalah sebuah upaya untuk menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Misalnya sejumlah tulisan Paulus yang menekankan apologetika sebagai suatu pembelaan. Apologetika semacam ini menekankan perihal apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai peristiwa dalam perspektif Alkitab. Apologetika juga dapat dipahami sebagai penyerangan yaitu apologetika sebagai penyerangan digunakan untuk menyerang kebodohan dari (akibat dari) pikiran yang tidak percaya. (Maz. 14: 1 ; 1 Kor. 1:18 -2:16). 22) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika Ofensif. Apologetika ofensif itu tidak hanya digunakan hanya sebagai pemberian jawab saja, tetapi juga bermakna satu serangan terhadap kepalsuan yang menyesatkan (2 Kor. 10:15). Hal ini penting, sebab sebuah kebodohan memang hams diserang, tetapi sebuah penyerangan yang arif dan bijak melalui sebuah argumentasi yang medidik. Pemikiran non Kristen adalah sebuah kebodohan, jadi tugas seorang apologis adalah untuk menyingkapkan kebodohan tersebut, seperti penyembahan berhala, ateisme. relativisme, humanisme, dan isme-isme yang lain. Apologetika menjelaskan tentang pembelaan atau memberi jawab terhadap satu doktrin, baik kritikan yang muncul dari dalam atau pun dari luar kekristenan.
3. Apologetika sebagai Penyingkapan, yaitu menyingkapan kesalahan atau kesalah-pahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1, IKor. 1:18-2:16).
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-42547927209283974082016-01-24T07:19:00.000-08:002016-02-08T07:30:41.398-08:00Pengertian Filsafat Apologetika BAB 1
Kompetensi Dasar 1:
Mahasiswa mampu merumuskan pengertian “Filsafat Apologetika”
1. Pengertian Filsafat Apologetika
Apa itu “Filsafat Apologetika”
Upaya menjawab pertanyaan di atas, kita lakukan dengan cara menguraikan arti filsafat, apologetika, dan filsafat apologetika. Kita mulai dengan pokok pertama, arti filsafat.
1.1. Pengertian Filsafat
Sudah menjadi tradisi akademis setiap pergantian semester selalu ada tugas mengajar yang diberi oleh sekolah melalui bidang akademik kepada setiap dosen untuk mempersiapkan diri dalam hal mengajar di semester baru. Salah satu mata kuliah yang dipercayakan kepada saya untuk disampaikan dalam semester Januari – Mei 2016 yakni mata kuliah “Apologetika”. Ketika menerima Jadwal didalamnya tertulis mata kuliah “Filsafat Apologetika”. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan materi “Apologetika” tetapi persipan tersebut harus mengalami perubahan sesuai dengan nama mata kuliah yaitu: “Filsafat Apologetika”. Paradigmanya penyajian materi kuliah tentu berbeda, materi “Apologetika” tentu berbeda makna dengan materi “Filsafat Apologetika”. Saya berharap mahasiswa telah siap dalam berpikir “filsafat”. Kesiapan ini penting karena kita akan mengkaji “Apologetika” (Apaologetika Kristen) dalam pendekatan atau cara kerja filsafat.
Itulah sebabnya dalam studi “Filsafat Apologetika”, saya mengajukan pertanyaan pertama: Apa itu “Filsafat Apologetika”? Menjawab pertanyaan ini, perlu kita lakukan dua hal pokok, yaitu berusaha mencari arti filsafat dan apologetika, kemudian kita meneruskannya dengan merumuskan pengertian filsafat apologetika, serta pokok-pokok selanjutnya yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diwujudkan oleh para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Filsafat Apologetika”.
Kini kita memulai usaha memberi jawaban atas pertanyaan: Apa itu “Filsafat Apologetika” dengan usaha mencari makna kata filsafat, apologetika dan filsafat Apologetika.
Kita mulai dengan arti filsafat.
Berdasarkan pengalaman ketika menjadi mahasiswa yaitu ada sejumlah kesulitan memahami apa pengertian filsafat yang secara teknis operasional mendarat dan menjiwai seseorang dalam belajar filsafat dan menerapkannya. Saya kemudian mendapat salah satu jawaban, yaitu usaha mengerti filsafat secara baik, terukur dan mengyemangati roh filsafat dalam diri pelaku studi filsafat yaitu dengan memahami percakapan Sokrates dan murid-muridnya.
Robert R. Boehlke dalam bukunya berjudul “Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai Ig. Loyola (2013:2-3) mengutip Muchtar Jahya tentang contoh gaya mengajar Sokrates yang dibuat oleh Guru besar John Adams dari Universitas Oxford dengan isi tanya jawab sebagai berikut.
Sokrates: “Apakah yang dimaksud dengan serangga (insect) itu?
Murid: “Serangga ialah binatang kecil bersayap.” (Murid yakin bahwa jawabannya itu benar)
Sokrates: Kalau begitu, tentu ayampun boleh kita namai serangga.”
Murid: Ayam bukan demikian kecilnya hingga dapat dinamai serangga. Ayam itu amat besar kalau dibandingkan dengan serangga.”
Sokrates: “Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap.”
Murid: “Betul!”
Sokrates: “Kalau demikian, burung pipit dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya”.
Murid: “Tidak! Burung sekali-kali tidak dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya.”
Sokrates: Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, dia bersayap, tetapi bukan dari jenis burung.”
Murid: “Benar”
Sokrates: “Kemarin saya memasuki salah satu took, di dalamnya saya melihat kaleng-kaleng kecil. Pada masing-masing kaleng itu tertulis: Tepung keating yang paling manjur untuk memberantas serangga.” Pada masing-masing kaleng itu tergambar beberapa macam binatang kecil bukan dari jenis burung, tetapi tidak ada mempunyai sayap, umpama pijat-pijat, kutu kucing dll. Rupa-rupanya mereka salah menamakan binatang-binatang tersebut serangga, sebab masing-masing tidak bersayap. Adakah masuk akal serangga tidak bersayap, menurut yang telah kita tetapkan itu?”
Murid: “Binatang-binatang tersebut memang serangga, semua orang tahu itu.”
Sokrates: “Aneh, aneh. Apa pulakah arti serangga sekarang, menurut pikiranmu. Apakah sekaran kau berpendapat bahwa “Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang-kadang tidak bersayap.’ Sesungguhnya perkataan ini amat berlawan-lawanan.”
Murid: “Celaka! Pertanyaan-pertanyaan orang ini membosankan. Coba tuan sendiri yang menerangkan kepada kami, apa arti serangga itu, supaya kami puas dan tuanpun puas.”
Sokrates: “Bukankah dari tadi saya bilang padamu bahwa saya sendiri pun tidak mengetahui.
Sekarang mari kita periksa bersama-sama, moga-moga kita sampai pada hakikat sebenarnya. Jalan yang paling baik ialah kita ambil 3 atau 4 ekor serangga dari jenis yang bermacam-macam, kemudian kita bandingkan satu dengan yang lain, untuk mengetahui sifat-sifat yang sama. Apakah serangga yang akan kita ambil?”
Murid: “Mari kita ambil kupu-kupu, semut, kerangga dan kumbang
Sokrates: “Bagus”
Berdasarkan jenis-jenis serangkan itu mereka merumuskan berdasarkan fakta tentang “apa itu serangga?”
Serangga ialah binatang beruas, kulitnya kesat, lagi keras, kakinya enam, mempunyai sayap, atau bekas sayap.”
Berdasarkan percakapan dialogis di atas, kita belajar apa artinya berpikir radikal/mendalam terhadap salah satu realitas (Salah satnya: Serangga). Mudah-mudahan dialog diatas menolong kita memahami apa itu filsafat dalam arti berpikir mendalam/radikal terhadap realitas dan merumuskan realitas tersebut yang kemudian menghasilkan kebenaran.
Belajar filsafat memang menyenangkan tetapi juga membingungkan. Hal yang terakhir ini disebabkan karena terdapat ragam pengertian tentang filsafat. Saya tidak menjanjikan dan menjamin bahwa materi ini memberi sumber pemahaman yang tuntas tentang apa itu filsafat. Hal itu sulit diwujudkan. Namun perlu disadari bahwa keragaman pengertian filsafat bukanlah sesuatu yang menyesatkan, hal itu wajar saja karena setiap orang memberi arti sesuai dengan pemahamannya. Selanjutnya sesuai dengan topik yakni "pengertian filsafat" maka dalam postingan ini saya menjelaskan tentang pengertian filsafat. Pengertian yang saya paparkan ini telah mendorong/mensemangati saya dalam mengajar Filsafat Ilmu dalam bidang Pendidikan Kristen maupun Teologi Penggembalaan.
Menurut Jan Hendrik Rapar, filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu.
Menurut para rohaniawan dan teolog menyatakan filsafat sebagai “ancilla theologiae”, yaitu budak atau pelayan teologi. Sebagai pelayan teologi, filsafat memiliki tugas memformulasikan argumentasi-argumentasi yang kuat untuk membela isi iman Kristen. Ada pula rohaniawan dan teolog yang menuding filsafat sebagai alat iblis terkutuk. Karena itu harus ditolak oleh semua orang beriman.
Tudingan ini tidak sepenuhnya benar, Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai robot, manusia memiliki pikiran. Dengan pikiran itu manusia berfilsafat (berpikir). Namun tidak kegiatan berpikir dikategorikan filsafat. Berpikir yang dikategorikan filsafat adalah berpikir yang berlangsung dalam syarat-syarat tertentu (Rapar, 2000:12-13). Memang harus diakui bahwa berpikir yang berciri filsafat dapat membawa seseorang pada dua pilihan, yaitu kesetiaan kepada iman atau penyimpangan iman (alias tidak mengakui adanya Tuhan). Oleh karena itu berfilsafat harus berlangsung dalam kawalan iman dan perlindungan kasih.
Untuk memahami filsafat, maka saya merumuskan pengertian filsafat dalam dua pendekatan. Pertama, secara etimologi dan kedua secara konseptual (definisi para ahli filsafat).
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, dari kata “philosophia”. Kata “philosophia” merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata: “philos” dan “Sophia”. Kata “philos” berarti kekasih, atau bisa juga sahabat. Sedangkan “Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan atau juga pengetahuan.
Jadi, arti harafiah “philosophia” berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.
Definisi para ahli:
Plato dalam Jan Hendrik Rapar menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada atau filsafat adalah usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus (Louis O. Kattsoff, 1996:2)
Aristoteles (Murid Plato) mengemukakan beberapa pengertian filsafat. Pertama, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Kedua, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau peri ada sebagaimana adanya (being as such).
Rene Descartes (Filsuf Prancis)
Argumen yang terkenal dari Descartes yakni: “Aku berpikir maka aku ada” (cogito ergo sum). Jadi, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
William James (Filsuf Amerika), Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
R.F. Beerling (mantan guru besar filsafat UI) menyatakan filsafat adalah suatu usaha untuk mencari radix atau akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Louis Kattsoff, filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara sistematis. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh/komprehensif (Louis O. Kattsoff, 1996:3-4, 6, 12)
Berpikir radikal (berpikir mendalam) tidak berarti mengubah, membuang, atau menjungkirbalikan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir radikal sebenarnya hendak memperjelas realitas, lewat penerimaan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri (Rapar, 2000:21)
Yonas Muanley, filsafat adalah berpikir radikal atau berpikir mendalam terhadap realitas (realitas/ada secara menyeluruh maupun salah satu realitas). Salah satu realitas itu yakni “apologetika” (pembelaan) yang dilakukan orang Kristen. Selanjutnya lihat: http://bahanajaronline.blogspot.co.id (Blog Filsafat oleh: Yonas Muanley)
1.2. Pengertian Apologetika (Apologetika Kristen)
a. Secara etimologi
Dalam Wikipedia kita mendapat penjelasan tentang apologetika dari beberapa pengertian. Salah satunya yakni dari sisi etimologi. Secara etimologi, apaologetika merupakan kata Yunani Kuno resmi yang didalamnya terdapat dua kunci istilah yang bersifat teknis. Kedua istilah yang dimaksud yakni penuntutan menghasilkan kategoria, dan tergugat membalas dengan sebuah apologia. Membuat sebuah apologia berarti membuat sebuah khotbah yang resmi atau memberi sebuah penjelasan untuk menjawab dan membantah tuntutan, seperti dalam hal pertahan yang ditunjukkan oleh Socrates. Selain itu kita juga mendapat informasi dari sumber-sumber lain yang menyatakan bahwa kata apologetika berasal dari Yunani à Apologia = Pembelaan = Apologeoma. Apo = dari pada; logos : kata; bahasa. Apologeomai = berbicara dari pada (diri sendiri) atau membela diri.
Jadi apologetika berarti:
1) Pembela tindakan
2) Pembela kebenaran
3) Kepercayaan atas kebenaran itu
b. Secara Biblikal
Apa yang kita maksudkan dengan pengertian apologetika secara biblical?. Artinya yakni mengartikan pengertian apologetika berdasarkan konteks penggunaan kata “apologetika: dalam Perjanjian Baru. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kata apologia dipakai dalam PB, baik dalam bentuk kata benda ataupun kata kerja, penggunaan kata itu dapat diterjemahkan sebagai “pembelaan” atau “pembenaran” di setiap kalinya. Filipi 1:7,16 mencatat panggilan untuk memberikan pembelaan iman yang rasional ; terlebih lagi 1 Petrus 3:15, akan tetapi, memang tidak tercatat teori lengkap mengenai apologetika dicatat di dalam Alkitab.
Untuk konkritnya, kita lihat dalam beberapa ayat berikut:
Misalnya :
Kis 22 :1 “sebagai pembelaan diri” = Apologia
Kis 25 :16 “membela diri” =
I Kor 9:3 “pembelaanku” =
II Kor 7 : 11 “pembelaan diri” =
Fil 1:7, 16 “membela”, “membela injil” =
II Tim 4 :16 “pembelaanku” =
I Pet 3 :15 “memberi pertanggungjawaban” = Yesus itu Tuhan KURIOS, Raja diatas raja , Tuan diatas Tuan
Perlu kita ketahui bahwa kata apologia dan apologeomai selalu digunakan dalam dunia Yunani pra Kristen. Ketika Kristen berkembang dalam kebudyaan Hellenisme, kata apologia dan apologeomai dipakai oleh orang-orang Kristen perdana (penulis Injil) dan para rasul Yesus Kristus. Sehingga kedua kata itu dapat diterjemahkan dengan kata Indonesia yaitu “pembelaan" atau "pertanggungjawaban" dan "membela diri" atau "mempertanggungjawabkan diri". Kegiatan ini dapat kita jumpai dalam Perjanjian Baru. Misalnya arti apologia dalam Kisah Para Rasul 25:16 ialah kesempatan yang diberikan kepada seorang pesakitan untuk membela dirinya terhadap dakwaan dalam suatu perkara. Rasul Paulus berbicara di hadapan Agripa tentang kesempatan yang diberikan kepadanya sebagai warga Negara Roma "untuk membela diri (apologia) terhadap tuduhm itu." Dalam 2 Timotius 4:16 kita menyaksikan bagaimana Paulus menggunakan kesempatan itu di Roma untuk pertama kalinya mengajukan pembelaan dalam perkara pendakwaan atas dirinya.
Dalam Kisah Para Rasul, kita juga menemukan arti apologia yakni pidato pembelaan. Kita dapat memperhatikan pidato yang diucapkan Paulus di Yerusalem maupun pidatonya di hadapan Festus dan Agripa serta pidato Stefanus di hadapan Dewan Agung. Inilah apologia dalam Kisah Para Rasul (J. Verkuyl, 1966:7-8). Apologia juga dikemukakan dalam Filipi 1:16 dan Filipi 1:7. Dalam kedua teks ini, apaologia lebih mendekati arti teologisnya yakni apologia dalam arti membela kebenaran Injil pada umumnya.
Penggunaan kata apologi dalam Perjanjian Baru dapat diartikan sebagai pertanggungjawaban atas isi iman Kristen terhadap mereka yang menuntut pertanggungjawaban dari kita. Sedangkan apologetika dapat diartikan sebagai pemikiran secara ilmiah tentang pertanyaan yang diajukan kepada kita dan cara bagaimana memberi peertanggungjawaban atas kepercayaan kita. Dalam hal ini, antara apologi dan apologetika terdapat hubungan yang erat sekali. Kedua-duanya ialah mengenai pertanggungjawaban atas isi iman itu. Bedanya hanya dalam tekanan dan sasaran.
Jadi, menurut Alkitab, apologetika berarti: Memberi jawab I Kor 3 :15/ Yudas 3 5) Pembelaan (diri pemberita). Menjelaskan berita = menyatakan kebenaran. Contoh : Paulus konsisten dengan beritanya. 6) Menjernihkan (mengklirkan), memisahkan yang salah (ajaran-ajaran yang tidak sama dengan Firman Allah).
c. Apologetika Abad Ke-2: Apologetika Yustinus Martir
Di abad ke-2, kata umum untuk “pembelaan” ini mulai menyempit dan mengarah kepada sekelompok penulis yang membela iman kepercayaan Kristiani terhadap serangan-serangan. Orang-orang ini dikenal sebagai apologis, seturut dengan judul-judul tulisan mereka, tetapi, baru pada tahun 1974 apologetika mulai digunakan sebagai salah satu disiplin teologi yang khusus.
Salah satu apologetika abad kedua dapat kita perhatikan dalam APologetika Yustinus Martir
Menurut F.D. Wellem, Yustinus Martir adalah seorang apologet Kristen (Bapak Apologet terpenting pada abad ke-2) yang terkemuka dalam gereja abad ke-2. Selain sebagai apologet, Yustinus juga dikenal sebagai filsuf dan MartirYustinus adalah seorang pencari kebenaran yang sejati. Yustinus memiliki kerinduan agar segera menemukan kebenaran yang sejati (langsung bertemu dengan Allah). Ia mencari kebenaran sejati itu dalam beberapa aliran filsafat, seperti: filsafat Pythagoras, Filsafat Aristoteles, Plato, Stoa dan Neo-Platonisme. Namun kebenaran sejati yang dirindukannya tidak diperoleh juga, ia kemudian bertemu dengan seorang tua (menurut Wellem orang tua ini adalah seorang yang bertapa di padang gurun yang sunyi di Palestina. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa dalam pencarian kebenaran yang sejati itu, Justinus bertemu dengan seorang tokoh misterius, yaitu seorang kakek (orangtua) dekat laut/di pantai. Orangtua itu memperkenalkan kepada Justinus tentang Kitab Suci (para nabi dalam Perjanjian Lama) dan Yesus Kristus. Dalam percakapan (dialog) itu Justinus disadarkan bahwa tidak mungkin manusia memuaskan hasratnya akan hal ilahi hanya dengan kekuatannya sendiri. Kemudian kakek itu menunjukkan kepadanya bahwa nabi – nabi zaman dahulu adalah orang – orang yang harus didatangi untuk menemukan jalan kebenaran kepada Allah serta “filsafat yang sejati”. Ketika akan pergi kakek itu menganjurkannya supaya berdoa, agar gerbang – gerbang cahaya dibukakan baginya. Akibat dialog ini Yustinus mulai sadar dan menerima kebenaran sejati dalam agama Kristen (mungkin tepatnya kepercayaan kepada Kristus). Yustinus sangat terkesan oleh sikap orang Kristen yang tidak takut menghadapi mati syahid. Lalu Justinus bertobat dan menjadi Kristen, karena melihat bahwa “hanya filsafat inilah satu-satunya yang aman dan menguntungkan. Justinus mengakhiri cerita pertobatannya dengan kata-kata: “demikianlah dan untuk alasan inilah aku menjadi filsuf.
Dalam pelaksanaan apologetic, Yustinus mencari pendekatan antara agama Kristen dan filsafat Yunani. Yustinus adalah orang Yunani yang tiba pada kesimpulan bahwa Agama Kristen adalah pemenuhan segala yang terbaik dalam filsafat, khususnya dalam ajaran Platonisme. Menurut Yustinus, Kristus bukan sebagai yang diluar filsafat Yunani, akan tetapi sebagai kegenapan dari segala yang terbaik dari pemikiran Yunani. Ia menggambarkan konsep Logos atau Firman, yaitu bahwa dalam Logos atau Firman itu semua orang ikut berpartisipasidi dalam semua orang. Yustinus berpendapat bahwa Plato dan filsuf-filsuf lain meminjam beberapa di antara ide mereka dari Perjanjian Lama. Ide yang dimaksud yakni:
Kami diajarkan bahwa Kristus adalah Anak Sulung dari Allah dan kami telah mengatakan … bahwa Ia adalah Firman (atau akal) yang semua orang mengambil bagian di dalamnya. Mereka yang hidup secara akali (logos/Firman) adalah orang Kristen, walaupun mereka disebut ateis. (apologia Yustinus)
Yustinus memakai istilah “firman yang berbuah” dengan menyatakan: … segala yang telah dikatakan dengan benar oleh siapa pun adalah milik kami orang Kristen. Karena disamping Allah, kami memuja dan mengasihi firman, yang adalah dari Allah, yang tidak diciptakan dan yang kebenaran-Nya tak terhingga… (Apologi Yustinus).
Dalam apologetikanya, Yustinus senang mempergunakan terminology filsafat untuk menjelaskan ajaran Kristen kepada lawan-lawannya. Justinus bertolak dari pernyataan Allah lewat nabi-nabi dalam Perjanjian Lama yang kemudian dipenuhi oleh inkarnasi Yesus Kristus. Yustinus mengajarkan bahwa “filsafat haruslah melayani iman Kristen”.
Apologetika terhadap orang luar
Yustinus memakai pendekatan Logos yang dikenal filsuf Yunani untuk menjelaskan atau berapologetika tentang logos Allah. Menurut Yustinus, ada dua logos Allah, yaitu: (1) Logos dalam Allah, dan (2) Logos yang keluar dari Allah. Yustinus menggambarkan proses kelahiran Logos sebagai kelahiran tanpa pemisahan dan pengurangan terhadap hakikat Allah. Logos adalah Putra Allah yang tunggal. Logos dilahirkan sebelum penciptaan dan keluar dari kehendak bebas Allah. Logos itu sudah ada diantara manusia sebagai benih-benih kebenaran (logos spermatikos). Itulah sebabnya orang kafir membedakan yang benar dan yang jahat. Orang kafir juga berada di bawah pengaruh Kristus sebelum Kristus berinkarnasi. Yustinus berpendapat bahwa Socrates, Plato, Zeno, dan beberapa penyair Yunani serta sejarawan Yunani adalah murid-murid Logos. Mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah murid Logos. Mereka adalah orang-orang Kristen sebelum Kristus (Wellem, 2003:194-195). Dengan kata lain, Logos, berarti Sabda kekal, Akal budi kekal, Akal budi pencipta. Oleh karena itu Yustinus berkesimpulan, karena Kristianitas adalah pernyataan pribadi dari Logos secara keseluruhan dalam sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa “segala sesuatu yang benar yang pernah dikatakan oleh siapapun juga adalah milik kita, orang – orang Kristiani”
Yustinus mengatakan bahwa Perjanjian Lama dan filsafat Yunani adalah dua jalan yang mengantar kepada kristus, sang Logos. Itulah sebabnya filsafat Yunani tidak dapat dipertentangkan dengan kebenaran injil, dan orang – orang kristiani dapat menimbang daripadanya dengan kepercayaan seperti dari milik mereka sendiri. Meskipun filsafat Yunani tetap amat dihargainya, juga setelah ia bertobat, Yustinus benar – benar menegaskan bahwa dalam Kekristenan telah ditemukan ‘satu-satunya filsafat yang pasti dan menguntungkan ‘.”Secara keseluruhan, tokoh dan karya Yustinus menandai pilihan tegas Gereja awali untuk filsafat, untuk akal budi, bukan sebagai agama seperti yang dianut orang – orang kafir. Secara khusus Yustinus mengkritik dengan tak kenal ampun agama kafir serta mitos – mitosnya, yang dia pandang sebagai kesesatan dari jalan kebenaran. sebaliknya filsafat merupakan bidang yang menguntungkan dimana kekafiran, Yudaisme dan Kekristenan dapat bertemu, khusunya dalam hal mengkritik agama kafir serta mitos-mitosnya yang palsu.Yustinus juga para apologet lainnya yang bersama dia menegaskan dengan teguh pendirian yang ditentukan iman Kristiani untuk berpihak pada Allah para filsuf, melawan allah-allah palsu agama kafir. Itu berarti memilih kebenaran melawan mitos-mitos tradisional. Apologetika dapat didefinisikan sebagai pembelaan akan iman Kristiani.
d. Pengertian Apologetika dalam terminology Ilmu Mandiri
Saat ini kata apologi menjadi umum dipakai merujuk kepada pembelaan iman. Apologi dapat berupa tulisan, khotbah, atau bahkan film. Para apologis mengembangkan pembelaan mereka untuk menghadapi masalah-masalah ilmu pengetahuan, filosofi, etik, agama, dan budaya.
Dalam usaha mengerti tentang apologetika maka perlu dipahami pengertian apologetika yang berdiri sebagai salah satu disiplin ilmu mandiri dalam rumpun Teologi yang dimulai tahun 1974. Dalam hal ini, sejak tahun 1974 apologetika mulai digunakan sebagai salah satu disiplin teologi yang khusus. Sejak tahun 1974 sampai kini tentu ada sejumlah definisi secara <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi09kOxWguAfXeaYIEnP7GxsHm57ErDlVJ8jkcCLH05ONU5BMIPmPziQH_ZqEfBjs-9ut0di1vDFwfxhE0TSY7ffafciZ6yYKjcHbR8JNzhwlCtDRtxVdXqqlsLPzWgzRk67lh8vnJiBpJJ/s1600/SK+APOLOGETIKA.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi09kOxWguAfXeaYIEnP7GxsHm57ErDlVJ8jkcCLH05ONU5BMIPmPziQH_ZqEfBjs-9ut0di1vDFwfxhE0TSY7ffafciZ6yYKjcHbR8JNzhwlCtDRtxVdXqqlsLPzWgzRk67lh8vnJiBpJJ/s320/SK+APOLOGETIKA.JPG" /></a>keilmuan tentang Apologetika Kristen. Definisi demikian tentu berbeda dari satu ahli ke ahli lainnya. Dalam hal ini kita menemukan definisi secara konseptual (menurut para ahli) tentang apologetika. Mari kita mengamati pengertian secara konseptual dari Apologetika.
Pertama, apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua definisi para ahli:
Pertama, menurut John M. Frame, apologetika adalah ilmu yang mengajar orang kristen bagaimana memberi pertanggungan jawab tentang pengharapannya.
Kedua, Frame, Richard L. Pratt Jr., mendefinisikan apologetika sebagai studi yang mempelajari secara langsung bagaimana mengembangkan dan menggunakan pembelaan itu.
Ketiga, R. C. Sproul, mengartikan apologetika kristen sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain tentang apa yang diyakini atau dipercayaui dan mengapa ia mempercayainya.
Keempat, Cornelius Van Til, menyatakan: apologetika Kristen adalah usaha untuk mempertahankan filsafat Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk filsafat non-Kristen. Oleh karena itu, apologetika melibatkan argumentasi penalaran intelektual yang berkenaan dengan wawasan dunia Kristen.
Rahmiati Tanudjaja dalam artikelnya menyatakan: apologetika Kristen merupakan pembelaan yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir filsafati atau filsafat Kristen, sebagaimana yang dikemukakan.
Kelima, John M. Frame dan Edgar C. Powell membagi apologetika ke dalam tiga bagian, yaitu pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (IKor. 15:1-11); pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16); dan penyingkapan, yaitu menyingkapan kesalahan atau kesalah-pahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1, IKor. 1:18-2:16). Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya. Selanjutnya, Jhon M. Frame menjelaskan apologetika sebagai Pembuktian dengan menyatakan: Apologetika sebagai pembuktian menjelaskan tentang upaya dan metode untuk menyampaikan satu dasar yang rasional bagi iman Kristen, dan upaya untuk membuktikan kebenaran kekristenan. John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika defensif. Yesus dan para Rasul sering memberikan bukti kepada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran Injil (Yoh. 14:11; 20; 24:31). 18) Apologetika itu dimaksudkan untuk menghahdapi ketidakpercayaan yang ada di dalam diri orang percaya. Apologetika digunakan untuk menjelaskan eksistensi Allah dan kebenaran Injil, dan menyingkapkan kebenaran doktrin Alkitab dalam berbagai argumentasi. Kemudian, apologetika sebagi pembelaan adalah sebuah upaya untuk menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Misalnya sejumlah tulisan Paulus yang menekankan apologetika sebagai suatu pembelaan. Apologetika semacam ini menekankan perihal apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai peristiwa dalam perspektif Alkitab.
Apologetika juga dapat dipahami sebagai penyerangan yaitu apologetika sebagai penyerangan digunakan untuk menyerang kebodohan dari (akibat dari) pikiran yang tidak percaya. (Maz. 14: 1 ; 1 Kor. 1:18 -2:16). 22) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika Ofensif. Apologetika ofensif itu tidak hanya digunakan hanya sebagai pemberian jawab saja, tetapi juga bermakna satu serangan terhadap kepalsuan yang menyesatkan (2 Kor. 10:15). Hal ini penting, sebab sebuah kebodohan memang hams diserang, tetapi sebuah penyerangan yang arif dan bijak melalui sebuah argumentasi yang medidik. Pemikiran non Kristen adalah sebuah kebodohan, jadi tugas seorang apologis adalah untuk menyingkapkan kebodohan tersebut, seperti penyembahan berhala, ateisme. relativisme, humanisme, dan isme-isme yang lain. Jadi, apologetika menjelaskan tentang pembelaan atau memberi jawab terhadap satu doktrin, baik kritikan yang muncul dari dalam atau pun dari luar kekristenan.
Dalam dimensi disiplin ilmu teologi, apologetika diartikan sebagai salah satu cabang dari ilmu theologia yang mempelajari pembelaan dan pembuktian kebenaran Kristen dengan tujuan mendewaskan umat dan memberitakan Injil. Apologetika àdalah Ilmu yang mengajar orang Kristen bagaimana memberi pertanggung jawaban tentang iman dan pengharapan yang diyakini. Apologetika adalah pembelaan berarti isi pidato atau perbuatan membela atau member jawaban atas isi kepercayaan. Apologetika adalah suatu pekerjaan membela atau mempertahankan diri dalam bentuk kata-kata dengan maksud menyatakan apa yang diyakini seseorang. Apologia juga dapat berarti : berbicara untuk mempertahankan atau memberikan jawaban .
Apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya. Apologetika adalah pembelaan atau memberi jawab terhadap lawan yang sedang menyerang atau mempertanyakan isi kepercayaan. Dalam konteks pemahaman ini apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya.
Menurut Lorens Bagus, apologetika adalah metode yang berusaha mempertahankan dan membenarkan kedudukan doctrinal melawan para pengecamnya. Dalam teologi, usaha membenarkan secara rasional asal muasal ilahi dari iman. Apologetika dapat diartikan sebagai salah satu cabang teologi yang mempertahankan dan membenarkan dogma dengan argument yang masuk akal. Apologetika rasional dalam bentuk, tetapi irasional dalam isi.
Jadi filsafat Apologetika adalah berpikir mendalam terhadap realitas berapologetika yang dilakukan oleh orang Kristen. Filsafat Apologetika berusaha memikirkan secara kritis folosofis tentang apa sesungguhnya apologetika (apa itu apalogetika), apa tujuannya dan lain sebagainya.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-25838630976554441722016-01-24T01:05:00.004-08:002016-01-24T07:51:43.148-08:00Standar Kompetensi Mata Kuliah Filsafat ApologetikaOleh karena ada perubahan nama mata kuliah Apologetika menjadi "Filsafat Apologetika" maka rumusan Standar Kompetensi berubah. Jadi rumusan standar kompetensi mata kuliah Filsafat Apologetika di STT IKSM Santosa Asih Jakarta, yaitu:
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUOcQP8J8527a9htD1zQUi1zVlLLoDVUfjlmXyn_RBvo05lqd6jLeOBujJk8J_m0PBuzhzktng7a4JQ8FfN8OLyLbhJLT9CIaZrBGxAjDHhKfhgyRrzYvB673FY3WtItkwWAMdKB2Ny5me/s1600/MK.+APOLOGETIKA.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUOcQP8J8527a9htD1zQUi1zVlLLoDVUfjlmXyn_RBvo05lqd6jLeOBujJk8J_m0PBuzhzktng7a4JQ8FfN8OLyLbhJLT9CIaZrBGxAjDHhKfhgyRrzYvB673FY3WtItkwWAMdKB2Ny5me/s320/MK.+APOLOGETIKA.JPG" /></a>Mahaiswa mampu berpikir mendalam tentang Filsafat Apologetika yang bersifat biblika dan filosofis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari MEA 2016
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-74771710985336483112016-01-07T09:00:00.003-08:002016-03-23T10:38:53.326-07:00PMS Santosa Asih: Bahagia 2016
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOEimQQgiI-SxKw0V69QTTuZRRiFRjp3IvjBbUnaqRsX-CDCKG1KEXbw-rpl4r85KisYB6SQb_RZRhXzR6cKWtxo-Fvkvlj9C3WpF7Du9CcOM1mwU1Wr6MQsI-D96pmKjuaEoLhBAtsGkO/s1600/PMS.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOEimQQgiI-SxKw0V69QTTuZRRiFRjp3IvjBbUnaqRsX-CDCKG1KEXbw-rpl4r85KisYB6SQb_RZRhXzR6cKWtxo-Fvkvlj9C3WpF7Du9CcOM1mwU1Wr6MQsI-D96pmKjuaEoLhBAtsGkO/s200/PMS.JPG" /></a></div>
Berbagi Renungan ttg Bahagia
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9aE-wczg5fvGuxd3-klk0XwAypO34AM1mwOXcXz_pI_wIsbmISIZgwW4jcuMztpBy8CgACd1x5-tui8QDe9B-hL5_nHfDed35PmJWSxwEX-PtJT8POzw9LmsAhV2LJ3MqMO-T4Ubo50W/s1600/Bahagia+1.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM9aE-wczg5fvGuxd3-klk0XwAypO34AM1mwOXcXz_pI_wIsbmISIZgwW4jcuMztpBy8CgACd1x5-tui8QDe9B-hL5_nHfDed35PmJWSxwEX-PtJT8POzw9LmsAhV2LJ3MqMO-T4Ubo50W/s320/Bahagia+1.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWEGdQQ00kX47yIri7Q4xLjZiYd84IWZNZO6xN_A6ow5Uq4dacxQDm04y8fuZc7O-QK7HJNIc7INwRdoDd87Pmvy7XwExY-AlcT6vkGpzqbsDucZX-PyUlhyphenhyphennPd2VfiJHPCfbUAklVROKg/s1600/Bahagia+2.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWEGdQQ00kX47yIri7Q4xLjZiYd84IWZNZO6xN_A6ow5Uq4dacxQDm04y8fuZc7O-QK7HJNIc7INwRdoDd87Pmvy7XwExY-AlcT6vkGpzqbsDucZX-PyUlhyphenhyphennPd2VfiJHPCfbUAklVROKg/s320/Bahagia+2.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu3f1gwZ1vKYAXZ-GQ8YYgaRa22n-jq1x3-bQmtbB7HHzKIA486_SWWfLyp9nTMh4ZaM01H619IHTdYc6Cm9GMjaixy8P7cCb5zcNs1WffxMe6E6gR2NgAA0LkYD-i_Vl83ZbAhK-i5RkK/s1600/Bahagia+3.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu3f1gwZ1vKYAXZ-GQ8YYgaRa22n-jq1x3-bQmtbB7HHzKIA486_SWWfLyp9nTMh4ZaM01H619IHTdYc6Cm9GMjaixy8P7cCb5zcNs1WffxMe6E6gR2NgAA0LkYD-i_Vl83ZbAhK-i5RkK/s320/Bahagia+3.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHqCJiJFooHcDXdT_066jcVCCkmRLErA3HV5U2wr4eSG2McP07X6MNgEfBZfj096Y7VlTb4GjzSPAyrdtLrtUSqFVA18vTbf-OWmuztMtSsdW2jrzhChADE7JlrSgpQdhdNXZDaIP7kFnh/s1600/Bahagia+5.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHqCJiJFooHcDXdT_066jcVCCkmRLErA3HV5U2wr4eSG2McP07X6MNgEfBZfj096Y7VlTb4GjzSPAyrdtLrtUSqFVA18vTbf-OWmuztMtSsdW2jrzhChADE7JlrSgpQdhdNXZDaIP7kFnh/s320/Bahagia+5.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh87LL0eOQ_31gW3oHKfE_2lJYW_92AtWI1HZpQ85xuSKd9cw8zl44qy8Qg_qqkfNmdrIPFF8oMfhYZN4V1K2pOUiDCuA76Xlr6V4w-7P1QOfzP7WTPdlxmOL2vkbUGKrc3cwGK-1ZvsPeM/s1600/Bahagia+6.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh87LL0eOQ_31gW3oHKfE_2lJYW_92AtWI1HZpQ85xuSKd9cw8zl44qy8Qg_qqkfNmdrIPFF8oMfhYZN4V1K2pOUiDCuA76Xlr6V4w-7P1QOfzP7WTPdlxmOL2vkbUGKrc3cwGK-1ZvsPeM/s320/Bahagia+6.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijHEHO8z18v75HRYrxwBlogyjb2LPZ9Y1ppt_NXnI4SL03MVBFkwCT52anGCu8KFvCoDQh4aMsPtNtTERYJUYqzE82ohr4Bgwf77-3Ozc1Z3E9PINhoN0ygAXAacH8cBsa8bHpJMCUtNxE/s1600/Bahagia+7.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijHEHO8z18v75HRYrxwBlogyjb2LPZ9Y1ppt_NXnI4SL03MVBFkwCT52anGCu8KFvCoDQh4aMsPtNtTERYJUYqzE82ohr4Bgwf77-3Ozc1Z3E9PINhoN0ygAXAacH8cBsa8bHpJMCUtNxE/s320/Bahagia+7.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIb9H8VlahZa6CHOdnrVmTTd5qCRVyeV2vqj7sC3nCt8rWtB3Oj7T3u_ox6ZYIvboUaer5fnK4msn34DLpAF5oS_yWC7DfRM1-slOrTCjGdZJu4HFmv59Z4QyCCqhYMNZn3bIVpmXU9ZCf/s1600/Bahagia+8.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIb9H8VlahZa6CHOdnrVmTTd5qCRVyeV2vqj7sC3nCt8rWtB3Oj7T3u_ox6ZYIvboUaer5fnK4msn34DLpAF5oS_yWC7DfRM1-slOrTCjGdZJu4HFmv59Z4QyCCqhYMNZn3bIVpmXU9ZCf/s320/Bahagia+8.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMb_bnLnvJdiJr7b46hy7M1sYC3vfusPuyYpJQb10bj-fSXX0F4YWDVENYkctn7cN6a8WTwIuKkdwQnFyTmwk0F2Q2SFcuatKMXlt1ePXuZBeGLE8UEo0Vg9XKEjaowpa3NoTAO1pee-vO/s1600/Bahagia+9.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMb_bnLnvJdiJr7b46hy7M1sYC3vfusPuyYpJQb10bj-fSXX0F4YWDVENYkctn7cN6a8WTwIuKkdwQnFyTmwk0F2Q2SFcuatKMXlt1ePXuZBeGLE8UEo0Vg9XKEjaowpa3NoTAO1pee-vO/s320/Bahagia+9.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnica5eX2ksPsAtW4Xx4AcfFJdKVICqksFIdhuDpdJxnMkom-f54qL-4BeFFSX-TzCGDMkDnS-rm3rwXf-BgZNoVOZEZqgKLXbARhh0Pt1fDxPef_B8uQZpBThhFyyCJS1fZznANELQRyv/s1600/Bahagia+10.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnica5eX2ksPsAtW4Xx4AcfFJdKVICqksFIdhuDpdJxnMkom-f54qL-4BeFFSX-TzCGDMkDnS-rm3rwXf-BgZNoVOZEZqgKLXbARhh0Pt1fDxPef_B8uQZpBThhFyyCJS1fZznANELQRyv/s320/Bahagia+10.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji6_X9Fi1VqRJlVmfxuhJWmSQ-PlL7jhT62CMBXhSn-OkradYv6s4B6WBV-KytMBuFh8lvbjppzNHC_gZrglDvtStKuf5QO5hK677TqGxhSghGxJJE1Ky7a3xcgXXCpZX-MLYyCb0u-GpA/s1600/Bahagia+11.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji6_X9Fi1VqRJlVmfxuhJWmSQ-PlL7jhT62CMBXhSn-OkradYv6s4B6WBV-KytMBuFh8lvbjppzNHC_gZrglDvtStKuf5QO5hK677TqGxhSghGxJJE1Ky7a3xcgXXCpZX-MLYyCb0u-GpA/s320/Bahagia+11.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIiCPCz-zwcgxmPUcxV9sCzma6LZ6UmtZrdcLsML2V-l1pzfTcoNCi0RtOqpdHP018K5idUqE65LFcmn8uVR70Fz-M_B0btkyt3GkuJaYMGG2pFctSuhZ8M3L7yvT00wlTogNZUaOcRmL9/s1600/Bahagia+12.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIiCPCz-zwcgxmPUcxV9sCzma6LZ6UmtZrdcLsML2V-l1pzfTcoNCi0RtOqpdHP018K5idUqE65LFcmn8uVR70Fz-M_B0btkyt3GkuJaYMGG2pFctSuhZ8M3L7yvT00wlTogNZUaOcRmL9/s320/Bahagia+12.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ISCdqIJmyrJLrO5UsRK0-ALJWbgRWsH5kLsqroHO3bhHPBdP9yNySX26sw2VYxPN-JoimmTQgwx-x6LCMyHiYMo_eLZfV5vAlQTTVajEf8zUandCHSONWoBST1Hnfxokxkyqp7Radun4/s1600/Bahagia+13.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ISCdqIJmyrJLrO5UsRK0-ALJWbgRWsH5kLsqroHO3bhHPBdP9yNySX26sw2VYxPN-JoimmTQgwx-x6LCMyHiYMo_eLZfV5vAlQTTVajEf8zUandCHSONWoBST1Hnfxokxkyqp7Radun4/s320/Bahagia+13.JPG" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj96xxa2BCSLuJJzrryHmBwR4NfbaHkYj40kQqMV8ZTEhwwDB6tqN6KAtkk5-1oKMMbqaylBg49vmVx-458XVl2KEvaA_4ZN21ETYG6vP_DMQHoEjIe3iSXjSExwZy-bwCHzl-LL9ZIne9g/s1600/Bahagia+14.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj96xxa2BCSLuJJzrryHmBwR4NfbaHkYj40kQqMV8ZTEhwwDB6tqN6KAtkk5-1oKMMbqaylBg49vmVx-458XVl2KEvaA_4ZN21ETYG6vP_DMQHoEjIe3iSXjSExwZy-bwCHzl-LL9ZIne9g/s320/Bahagia+14.JPG" /></a>
<script type="text/javascript" src="http://yx-ads6.com/slider.php?section=General&pub=555885&ga=g&side=random"></script>Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-41516228922074320922015-12-31T03:02:00.001-08:002015-12-31T03:18:24.249-08:00Ujian Semester<a rel="nofollow"><img src="http://www.logomaker.com/logo-images/39b13a0d0389eed6.gif"/></a>. Ujian Semeter dibagi dalam dua tahap, yaitu: Pertama, Ujian Tengah Semester dan, Kedua Ujian Akhir Semester. Pelaksanaannya yakni setelah memenuhi pertemuan ke-6 maka para mahasiswa harus siap menghadapi ujian tengah semester pada pertemuan ke-7. Ujian dilaksanakan secara online. Soal akan diposting beberapa menit sebelum UTS dimulai. Selanjutnya pada pertemuan ke-14 akan diadakan ujian Akhir Semester (UAS). Jawaban ujian disampaikan melalui kolom komentar dengan ketentuan mahasiswa menulis Nama, NIM dan jawaban atas pertanyaan.Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-85800328116637613642015-12-31T00:08:00.003-08:002016-02-08T07:32:08.940-08:00Apologetika Kristen<a rel="nofollow"><img src="http://www.logomaker.com/logo-images/5a57852eb34a8169.gif"/></a>
Blog ini khusus dirancang untuk mata kuliah Apologetika yang bersifat "Biblika" dan "Filosofis". Untuk itu Apologetika Kristen mesti berlangsung dalam "Kontrol Iman" dan "Berlindung dalam Kasih". Dua pendekatan ini penting dalam melaksanakan apologetika Kristen. Apologetika Kristen yang tidak dikontrol iman akan menyebabkan apologetika yang menyimpang dan akhirnya meninggalkan Tuhan Yesus. Kontrol iman yang dimaksud disini yakni "apologetika Kristen" bersesuaian dengan iman Kristen yang didasari pada isi Alkitab. Sedangkan "perlindungan Kasih/dilindungi Kasih" yang dimaksud disini yakni cara menyampaikan apologetika mesti diwarnai dalam kasih. Jadi isi dan cara dalam ber-apologetika itu penting. Oleh karena itu maka dalam blog ini saya rancang sebuah logo yang menunjukkan apa yang dimaksud dengan "Apologetika yang dikontrol iman dan dilindungi Kasih" (lihat logo di atas)
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-73587524534697209682015-12-30T11:58:00.001-08:002016-01-24T07:48:33.786-08:00Standar Kompetensi
<a rel="nofollow"><img src="http://www.logomaker.com/logo-images/51a9221bfcdca7b4.gif"/></a>
Mahaiswa mampu merekonstruksi teori apologetika yang bersifat biblika dan filosofis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari MEA 2016.
-----------------------------------------------
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgysBY_J758YthpPNDSm2anIxtiFkSCflrib_OAyvwUKDmuW6p8N73XXQE6v-uhNcTpdSsm_Klih3T_a0pswa-s1YJ7w0js7wRg2AOJnXZTa_sYoAECwSn3liCrb-M7sC-WnCR-72oZVvvc/s1600/MK.+APOLOGETIKA.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgysBY_J758YthpPNDSm2anIxtiFkSCflrib_OAyvwUKDmuW6p8N73XXQE6v-uhNcTpdSsm_Klih3T_a0pswa-s1YJ7w0js7wRg2AOJnXZTa_sYoAECwSn3liCrb-M7sC-WnCR-72oZVvvc/s320/MK.+APOLOGETIKA.JPG" /></a>Penjelasan tentang Perubahan yang diharpak dalam Standar Kompetensi Mata Kuliah "Apologetika" sebagaimana dalam rumusan di atas.
Penjabaran Perubahan yang diharapkan dari belajar mata kuliah Apologetika sesuai rumusan SK di atas, yakni agar mahasiswa setelah belajar Apologetika dalam waktu enam bulan menunjukkan perubahan dalam:
Kognitif (perubahan pengetahuan): seperti perubahan dalam hal: mengetahui/menghafal/mengingat (knowledge); perubahan dalam pemahaman (comprehension), perubahan dalam penerapan (application), perubahan dalam analisis (analysis), perubahan dalam sintesis (syntesis), perubahan dalam penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) terhadap Apologetika yang dipelajarinya dalam kurun waktu satu (1) Semester atau enam (6) bulan.
Afektif (Sikap). Perubahan ini berhubungan dengan sikap dan nilai dari para mahasiswa/yang mempelajari mata kuliah Apologetika. Perubahan ranah afektif dari pembelajar mata kuliah ini yakni mengalami perubahan watak perilaku seperti: perasaan terhadap mata kuliah apologetika, minat terhadap mata kuliah apologetika, sikap terhadap mata kuliah apologetika, emosi, dan nilai terhadap mata kuliah dan bagaimana mempengaruhi dalam keseluruhan ranah afektif dari peserta mata kuliah apologetika. Perubahan ini ditopang juga dengan perubahan kognitif. Artinya menurut pakar pendidikan yang menyatakan diperkirakan berubah apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Jadi, perubahan afektif sebagai hasil belajar ditandai dengan ciri-ciri yakni hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Selanjutnya perubahan ranah afektif meliputi beberapa tingkatan, yaitu: perubahan dalam hal: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization (mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Psikomotorik (Ketrampilan). Perubahan dalam ranah psikomotorik dari peserta didik yang mengikuti mata kuliah Apologetika yaitu mahasiswa mengalami perubahan dalam keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah mahasiswa mengikuti atau menerima pengalaman belajar mata kuliah Apologetika. Perubahan psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Perubahan dalam ranah psikomotor mahasiswa dalam mata kuliah Apologetika yakni perubahan yang berkorelasi dengan aktivitas fisik, yaitu kemampuan dalam melakukan Apologetika. Perubahan mahasiswa dalam keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap Apologetika, (2) sesudah mengikuti pembelajaran Apologetika, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan pelayanannya, seperti di Gereja dan Sekolah.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-23068601370631454212015-12-30T11:44:00.000-08:002016-01-24T01:03:06.262-08:00Standar Kompetensi Standar Kompetensi (SK)
<a rel="nofollow"><img src="http://www.logomaker.com/logo-images/7ebd350f4809c705.gif"/></a>
<i><b>Mahaiswa mampu merekonstruksi teori apologetika yang bersifat biblika dan filosofis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari MEA 2016</b>.
</i>
Penjabaran Perubahan yang diharapkan dari belajar mata kuliah Apologetika sesuai rumusan SK di atas, yakni agar mahasiswa setelah belajar Apologetika dalam waktu enam bulan menunjukkan perubahan dalam:
Kognitif (perubahan pengetahuan): seperti perubahan dalam hal: mengetahui/menghafal/mengingat (knowledge); perubahan dalam pemahaman (comprehension), perubahan dalam penerapan (application), perubahan dalam analisis (analysis), perubahan dalam sintesis (syntesis), perubahan dalam penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) terhadap Apologetika yang dipelajarinya dalam kurun waktu satu (1) Semester atau enam (6) bulan.
Afektif (Sikap). Perubahan ini berhubungan dengan sikap dan nilai dari para mahasiswa/yang mempelajari mata kuliah Apologetika. Perubahan ranah afektif dari pembelajar mata kuliah ini yakni mengalami perubahan watak perilaku seperti: perasaan terhadap mata kuliah apologetika, minat terhadap mata kuliah apologetika, sikap terhadap mata kuliah apologetika, emosi, dan nilai terhadap mata kuliah dan bagaimana mempengaruhi dalam keseluruhan ranah afektif dari peserta mata kuliah apologetika. Perubahan ini ditopang juga dengan perubahan kognitif. Artinya menurut pakar pendidikan yang menyatakan diperkirakan berubah apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Jadi, perubahan afektif sebagai hasil belajar ditandai dengan ciri-ciri yakni hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Selanjutnya perubahan ranah afektif meliputi beberapa tingkatan, yaitu: perubahan dalam hal: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization (mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Psikomotorik (Ketrampilan). Perubahan dalam ranah psikomotorik dari peserta didik yang mengikuti mata kuliah Apologetika yaitu mahasiswa mengalami perubahan dalam keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah mahasiswa mengikuti atau menerima pengalaman belajar mata kuliah Apologetika. Perubahan psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Perubahan dalam ranah psikomotor mahasiswa dalam mata kuliah Apologetika yakni perubahan yang berkorelasi dengan aktivitas fisik, yaitu kemampuan dalam melakukan Apologetika. Perubahan mahasiswa dalam keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap Apologetika, (2) sesudah mengikuti pembelajaran Apologetika, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan pelayanannya, seperti di Gereja dan Sekolah.Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-67060281315364566242015-12-30T00:17:00.003-08:002016-02-08T07:32:59.290-08:00Yustinus MartirApologetika Kristen Bertolak dari sabda-Nya dalam Kitab Suci, yaitu Alkitab.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbC3sH93L8N7a0mq1Wjq7gvKYKpuDaFDYsJ0IVNRa_NRt_lNH2vU9hkuz3bW_RC_bmWXM2Zr5EFSob4Sr2kMA9vuDnR7RqONxqLh0oVDwACd56H4ev7TPIziEN3Y4kO808IiCnIcMEzi6t/s1600/Yustinus+Martir.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbC3sH93L8N7a0mq1Wjq7gvKYKpuDaFDYsJ0IVNRa_NRt_lNH2vU9hkuz3bW_RC_bmWXM2Zr5EFSob4Sr2kMA9vuDnR7RqONxqLh0oVDwACd56H4ev7TPIziEN3Y4kO808IiCnIcMEzi6t/s320/Yustinus+Martir.JPG" /></a></div>
Yustinus Lahir tahun 95 atau 100 Masehi di Samaria atau Flavia Neapolis, Yudea (Saat ini Nablus), dan meninggal dunia pada tahun 165, di Roma, Kekaisaran Romawi. Yustinus sangat dikenal dalam kalangan gereja Inggris Gereja Ortodoks Timur, Gereja Lutheran, dan Gereja Katolik Roma. Yustinus disebut juga dengan sebutan Yustinus dari Kaisarea atau Yustinus sang filsuf. Yustinus juga dikenal sebagai salah seorang penulis Kristen paling terkenal melalui karyanya yakni “ Liber Apologeticus - "Apologi Pertama". Sampai pada akhir hidup Yustinus, yakni mati syahid menjadi martir. Oleh karena itu namanya disebut sebagai Yustinus Martir.
Sebagai seorang filsuf, Yustinus aktif mempelajari ajaran-ajaran Stoa (filsafat Stoa), Aristoteles, dan Phytagoras, tetapi akhirnya ia menganut sistem pemikiran (filsafat) Plato. Cara Yustinus menjadi seorang Kristen yakni ketika Yustinus merenungkan isi atau tulisan-tulisan dalam Taurat, membaca Injil serta surat-surat Paulus. Kemudian Yustinus bertemu dengan seorang tua yang bertapa di padang sunyi di Palestina. Orang tua ini mengajarkan kepada Yustinus tentang Kitab Suci, para nabi dalam Perjanjian Lama. Melalui peristiwa ini (pengajaran) Yustinus menemukan bahwa ia menemukan kebenaran sejati dalam agama Kristen. Akibat dari pemahaman ini, dan oleh karya Roh Kudus, Yustinus bertobat menjadi Kristen pada tahun 130. Setelah pertobatannya, Yustinus melaksanakan suatu tugas mulia yaitu mengajar di Efesus. Yustinus memandang pengajaran Kristen sebagai filsafat (kebenaran) yang nilainya lebih tinggi dari filsafat Yunani (kebenaran Yunani).
Keterlibatan Yustinus dalam Apologetika Kristen
Yustinus setelah bertobat dan dalam perjalanan hidupnya, ia berjuan dalam Perjuangan bagi kekristenan. Di Zamannya, dirinya dan orang-orang Kristen hidup pada masa atau keadaan yang tidak menguntungkan. Yustinus sering melihat bahwa banyak orang Kristen yang dihambat dan dianiaya. Oleh karena rasa keprihatinannya, maka Yustinus mulai mengadakan pembelaan terhadap kekristenan dari serangan yang dilancarkan oleh pemerintah Roma yang tidak beragama Kristen.
Apologi Yustinus dilakukan melalui tulisan. "Apologi Pertama", Yustinus tujukan kepada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang). Dalam apologi yang dilakukan melalui tulisan kepada Kaisar Antonius Pius, Yustinus menyatakan bahwa orang Kristen menuntut keadilan. Jika orang Kristen bersalah, ia harus diadili. Yustinus menolak bila orang Kristen dihukum karena mereka seorang Kristen. Yustinus juga menjelaskan tentang ibadah Kristen dan Perjamuan Kudus, sehingga kecurigaan kekaisaran Roma terhadap orang Kristen sebagai kelompok subversif, amoral, dan kriminal pun terhapus. Seperti Paulus, Yustinus tidak meninggalkan orang-orang Yahudi ketika ia berpaling kepada orang-orang Yunani. Dalam karya besar Yustinus yakni, "Dialog dengan Tryfo", Yustinus menulis kepada seorang Yahudi kenalannya, bahwa Kristus adalah penggenapan tradisi Ibrani.
Apologetika Yustinus juga diarahkan pada hal-hal tentang tata ibadah, Baptisan, dan Perjamuan Kudus dalam gereja pada abad ke 2. Apologetikanya tentang ibadah Kristen yaitu bahwa ibadah Kristen dilakukan pada hari Minggu karena Allah beristirahat pada hari ketujuh, dan karena Kristus bangkit pada hari tersebut. Selanjutnya tentang praktek baptisan, Yustinus menyatakan bahwa mereka yang dibaptis adalah mereka yang telah percaya kepada pengajaran Kristen dan yang telah berjanji hidup mengikuti ajaran-ajaran tersebut.
Apologetika Yustinus tidak hanya dilakukan melalui tulisan tetapi juga melalui argumentasi dengan lawan iman Kristen. Untuk maksud ini Yustinus mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang diyakininya kepada lawan bicara Misalnya di Efesus, Yustinus bertemu dengan Tryfo, di Roma, Yustinus juga bertemu Marcion, pemimpin kelompok Gnostik. Namun pada suatu perjalanannya ke Roma, Yustinus pernah bersikap tidak ramah terhadap seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa setempat (Roma) atas tuduhan memfitnah. Akibatnya Yustinus ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya. Cara mati Yustinus seperti inilah yang kemudian dalam kepercayaan Kristen disebut Martir. Martir dalam iman Kristen adalah mereka yang mati secara tidak wajar karena mempertahankan imannya. Cara tidak wajar yang dimaksud disini, seperti: dipenggal, disalibkan, dirajam dll.
(Diadaptasi dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martir, tanggal, 30 Desember 2015)
Apologetika Yustinus Martir, Oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-18973917254143682252015-12-30T00:14:00.001-08:002015-12-30T08:28:30.284-08:00Apologetika Rasul PaulusApologetika Kristen dilanjutkan oleh Para Rasul Yesus Kristus dalam lindungan kasih dan dikontrol iman.
1. Perjumpaan dengan Kristus sebagai dinamika Apologetika Paulus: Oleh Dr. Yonas Muanley, M.Th.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTfalPElBzAR0FVrCW5rsgDh6UyoI5G6lV4amsA_r6bnuBDteGJCmp79fwcVhYZbgEN3pT9RE6kUlz62IKtH3xKE85CKMXymYRMgqLI2vdLjRKP2qj3TtFIpyKiZNbBYGv7R42xAVlKI1I/s1600/Pertobatan+Paulus.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTfalPElBzAR0FVrCW5rsgDh6UyoI5G6lV4amsA_r6bnuBDteGJCmp79fwcVhYZbgEN3pT9RE6kUlz62IKtH3xKE85CKMXymYRMgqLI2vdLjRKP2qj3TtFIpyKiZNbBYGv7R42xAVlKI1I/s320/Pertobatan+Paulus.JPG" /></a></div>Perjumpaan dengan Yesus Kristus menegaskan bahwa Paulus mengalami keinsafan akan apa yang diperbuat terhadap pengikut Yesus dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut atau Paulus mengalami pertobatan. Sebelum bertobat. Paulus bernama Saulus dia adalah orang yang sangat giat melakukan penganiyaan dan membunuh orang Kristen. Dalam Kisah Para Rasul 8:3, Lukas menggunakan kata-kata yang keras untuk menunjukkan kekejaman Paulus yang di luar dari batas prikemanusiaan. Tindakan Paulus menganiaya orang Kristen didasari oleh kebencian Paulus terhadap Yesus dan ajaran-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya Mesias dari Allah. Pertobatannya terjadi secara mendadak. Oleh karena itu tepatlah penilian George E. Ladd, yang menyatakan bahwa: pertobatan Paulus terjadi bukan secara berangsur-angsur melalui pengkajian, penyelidikan, perenungan dan perdebatan maupun argumentasi, melainkan terjadi dengan sekejap melalui pengalaman di Damsyik. Melalui perjumpaan Paulus dengan Yesus di perjalanan ke Damsyik terjadi perubahan yang radikal baik pendiriannya, maupun konsep berfikir tentang Tuhan dan kehendak-Nya, yang akhirnya menjadi dasar dalam panggilan Paulus dalam melayani Tuhan.
2. Apologetika Paulus yang berdimensi kontekstual
Salah satu kitab dalam Perjanjian Baru yaitu Kisah Para Rasul memberi focus perhatian pada cerita tentang dua tokoh utama yaitu Petrus dan Paulus. Dalam Kis. 22:1 ; 25:16 mengemukakan tentang salah satu kegiatan Paulus dalam mempertanggungjawabkan imannya yaitu apologetika. Selai itu dala suratnya kepada Timotius dalam 2 Timotius 4:16 muncul kata apologetika (pembelaan). Dalam beberapa ayat ini kita mendapati informasi bahwa biassanya ada sebuah kesempatan yang diberikan kepada seorang yang sakit untuk membela dirinya terhadap dakwaan dalam satu perkara. Selanjutnya dalam konteks apologia Paulus, Paulus mengadakan apologetika yaitu ketika Paulus mendapat peluang berbicara kepada Herodes dan Agripa tentang kesempatan yang diberikan kepada Paulus sebagai warga negara Roma untuk memberi jawab atas dakwaan terhadap dirinya. Kata pembelaan atau apologia dapat juga diberi arti sebagai pidato atas pembelaan itu sendiri. Dalam hal ini Pidato Paulus di Yerusalem, maupun pidato yang disampaikan Paulus di hadapan Festus dan Agripa.
Salah satu tindakan apologetika Paulus terjadi di Areopagus. Areopagus berasal dari dua kata yaitu Areios dan Pagos. Areios mengacu kepada nama sebuah bukit di Athena dan Pagos adalah bukit itu sendiri, sehingga Areopagus adalah Bukit Pagos. Dalam tradisi orang Yunani, Areopagus adalah tempat sidang, mahkama agung orang Athena atau dewan pengadilan bertemu untuk memutuskan suatu perkara tentang pendidikan, moral, dan keagamaan.
Apologetika Paulus di Areopagus: “Hai orang-orang Athena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa” (ayat 22b). la mulai mendekati mereka dengan cara yang sepositif mungkin dan berusaha menghindari konfrontasi. Setelah memuji mereka, ia menemukan suatu jembatan supaya pesan yang disampaikan dapat mencapai sasaran dan sekaligus relevan bagi para pendengarnya: “Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Tuhan yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” (ayat 23). Paulus menjadikan sebuah mezbah sebagai titik tolak untuk menyampaikan Allah yang tidak mereka kenal. Paulus juga menyampaikan kepada jemaat Korintus tentang apa yang dilakukan Paulus. Paulus menyatakan: Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah Hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah Hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah Hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah Hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.(I Kor. Korintus 9:19-23)
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-13638335346450177212015-12-30T00:12:00.001-08:002015-12-30T00:12:19.469-08:00Paulus Sebelum Bertobat <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOjVo0vydOPfSHHugnsIiRgfppOX-jmJCGM2Je3BnQgWnIkCvVlfaod1suHnNl8yluUek-SsWmsBl1fKJdJPybyjkWjUqxQ_7JXdVUNCR5A1_ikmyzfF5iFXvyzGwuAStJzbVBqjIMHsae/s1600/Paulus+Sebelum+Bertobat.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOjVo0vydOPfSHHugnsIiRgfppOX-jmJCGM2Je3BnQgWnIkCvVlfaod1suHnNl8yluUek-SsWmsBl1fKJdJPybyjkWjUqxQ_7JXdVUNCR5A1_ikmyzfF5iFXvyzGwuAStJzbVBqjIMHsae/s320/Paulus+Sebelum+Bertobat.JPG" /></a></div>Paulus sebelum mengenal Yesus bertindak sebagai lawan bahkan pembinasa pengikut Yesus Kristus. Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi). Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Diadaptasi dari sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Paulus_dari_Tarsus, Diakses tanggal, 30/12 2015)Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-32206495427261041362015-12-29T23:56:00.006-08:002016-02-08T07:37:04.229-08:00Dasar Apologetika <a rel="nofollow"><img src="http://www.logomaker.com/logo-images/51a9221bfcdca7b4.gif"/></a>
Setiap pokok pembahasan diarahkan pada Standar Kompetensi atau perubahan apa yang diharapkan terjadi dalam diri para mahasiswa setelah mengikuti mata kuliha "Apologetika": Pendekatan Biblikan dan Filosofis terhadap pertanggungjawaban iman Kristen yang dipercayai Komunitas Kristen. Tujuan ini secara periodik (enam bulan) telah tercermin dalam rumusan STANDAR KOMPETENSI (lihat Rumusan Standar Kompetensi)
Apologetika yang benar memiliki dasar sebagaimana dalam I Pet 3 :15-16 “Tetapi kuduskanlah Kristus itu. Di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggung ajwab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan itu”. Selain itu dasar apologetika yakni sebagai suatu pertanggunganjawab (1 Pet.3:15) atau perkataan alkitabiah. Ini merupakan dasar berapologetika.
Dasar Apologetika, oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4188639526630300815.post-2611390290729993662015-12-29T23:55:00.002-08:002016-02-08T07:46:19.469-08:00Pengertian ApologetikaApologetika Kristen beranjak dari dasar pemahaman yang benar.
Arti Apologetika oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOEz1WKOuPITkre7RSVHTVV5FrKFTSeCYSe9nHFaCMkAVKC59qvD0nkbtkhlWu_ag0C5FU5JM16X4Aj-t5AtqXHdR1hnsI3v1Xk4ZV5VDEly2jyp5ieS4z2mXNW-JE7OgO0Zx8cJetxiNg/s1600/STT_PN120.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOEz1WKOuPITkre7RSVHTVV5FrKFTSeCYSe9nHFaCMkAVKC59qvD0nkbtkhlWu_ag0C5FU5JM16X4Aj-t5AtqXHdR1hnsI3v1Xk4ZV5VDEly2jyp5ieS4z2mXNW-JE7OgO0Zx8cJetxiNg/s320/STT_PN120.JPG" /></a></div>Dalam Wikipedia kita mendapat penjelasan tentang apologetika yakni dari sisi etimologi, apaologetika merupakan kata Yunani Kuno resmi yang didalamnya terdapat dua kunci istilah yang bersifat teknis. Kedua istilah yang dimaksud yakni penuntutan menghasilkan kategoria, dan tergugat membalas dengan sebuah apologia. Membuat sebuah apologia berarti membuat sebuah khotbah yang resmi atau memberi sebuah penjelasan untuk menjawab dan membantah tuntutan, seperti dalam hal pertahan yang ditunjukkan oleh Socrates. (Diadaptasi dari:https://id.wikipedia.org/wiki/Apologetik, 30/12 2015)
Selain itu kita juga mendapat informasi dari sumber-sumber lain yang menyatakan bahwa kata apologetika berasal dari Yunani à Apologia = Pembelaan = Apologeoma. Apo = dari pada; logos : kata; bahasa. Apologeomai = berbicara dari pada (diri sendiri) atau membela diri.
Untuk memperkaya pemahaman tentang apologetika, maka beberapa pengertian berikut menolong kita. Apologetika berarti:
1) Pembela tindakan
2) Pembela kebenaran
3) Kepercayaan atas kebenaran itu
4) Memberi jawab I Kor 3 :15/ Yudas 3
5) Pembelaan (diri pemberita). Menjelaskan berita = menyatakan kebenaran. Contoh : Paulus konsisten dengan beritanya.
6) Menjernihkan (mengklirkan), memisahkan yang salah (ajaran-ajaran yang tidak sama dengan Firman Allah). Di Gereja : à doktrin-doktrin
7) Apologetika = pra penginjilan
8) Apologetika adalah bagian dari penginjilan dan di dalam penginjilan terdapat Apologetika.
Selanjutnya kita rinci arti apologetika sbb:
1) Arti secara etimologi. Apologetika dari kata Yunani “apologia” yang adalah pembelaan atau perbuatan membela, jawaban.
2) Apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.
3) Menurut John M. Frame, apologetika adalah ilmu yang mengajar orang kristen bagaimana memberi pertanggungan jawab tentang pengharapannya.
4) Menurut Frame, Richard L. Pratt Jr., mendefinisikan apologetika sebagai studi yang mempelajari secara langsung bagaimana mengembangkan dan menggunakan pembelaan itu.
5) Apologetika àdalah Cabang ari ilmu theologia yang mempelajari pembelaan dan pembuktian kebenaran Kristen dengan tujuan mendewaskan umat dan memberitakan injil.
6) Apologetika àdalah Ilmu yang mengajar orang Kristen bagaimana memberi pertanggung jawaban tentang iman dan pengharapan yang diyakini.
7) Apologetika adalah pembelaan berarti isi pidato atau perbuatan membela atau member jawaban atas isi kepercayaan.
8) Apologetika adalah suatu pekerjaan membela atau mempertahankan diri dalam bentuk kata-kata dengan maksud menyatakan apa yang diyakini seseorang.
9) Apologia juga dapat berarti : berbicara untuk mempertahankan atau memberikan jawaban .
10) Menurut R. C. Sproul, apologetika kristen sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain tentang apa yang diyakini atau dipercayaui dan mengapa ia mempercayainya.
11) apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya.
12) apologetika merupakan adalah pembelaan atau memberi jawab terhadap lawan yang sedang menyerang atau mempertanyakan isi kepercayaan. Dalam konteks pemahaman ini apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya.
13) Rahmiati Tanudjaja apologetika Kristen merupakan pembelaan yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir filsafati atau filsafat Kristen, sebagaimana yang dikemukakan
14) Menurut Cornelius Van Til, apologetika Kristen adalah usaha untuk mempertahankan filsafat Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk filsafat non-Kristen. Oleh karena itu, apologetika melibatkan argumentasi penalaran intelektual yang berkenaan dengan wawasan dunia Kristen.
15) Menurut John M. Frame dan Edgar C. Powell membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (IKor. 15:1-11); pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16); dan penyingkapan, yaitu menyingkapan kesalahan atau kesalah-pahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1, IKor. 1:18-2:16). Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya.
16) Jhon M. Frame menjelaskan tentang aspek dalam apologetika yaitu Apologtika Sebagai Pembuktian. Apologetika sebagai pembuktian menjelaskan tentang upaya dan metode untuk menyampaikan satu dasar yang rasional bagi iman Kristen, dan upaya untuk membuktikan kebenaran kekristenan.
17) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika defensif. Yesus dan para Rasul sering memberikan bukti kepada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran Injil (Yoh. 14:11; 20; 24:31).
18) Apologetika itu dimaksudkan untuk menghahdapi ketidakpercayaan yang ada di dalam diri orang percaya.
19) Apologetika digunakan untuk menjelaskan eksistensi Allah dan kebenaran Injil, dan menyingkapkan kebenaran doktrin Alkitab dalam berbagai argumentasi.
20) Apologetika sebagi pembelaan adalah sebuah upaya untuk menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Misalnya sejumlah tulisan Paulus yang menekankan apologetika sebagai suatu pembelaan. Apologetika semacam ini menekankan perihal apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai peristiwa dalam perspektif Alkitab.
21) Apologetika juga dapat dipahami sebagai penyerangan yaitu apologetika sebagai penyerangan digunakan untuk menyerang kebodohan dari (akibat dari) pikiran yang tidak percaya. (Maz. 14: 1 ; 1 Kor. 1:18 -2:16).
22) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika Ofensif. Apologetika ofensif itu tidak hanya digunakan hanya sebagai pemberian jawab saja, tetapi juga bermakna satu serangan terhadap kepalsuan yang menyesatkan (2 Kor. 10:15). Hal ini penting, sebab sebuah kebodohan memang hams diserang, tetapi sebuah penyerangan yang arif dan bijak melalui sebuah argumentasi yang medidik. Pemikiran non Kristen adalah sebuah kebodohan, jadi tugas seorang apologis adalah untuk menyingkapkan kebodohan tersebut, seperti penyembahan berhala, ateisme. relativisme, humanisme, dan isme-isme yang lain.
23) Apologetika menjelaskan tentang pembelaan atau memberi jawab terhadap satu doktrin, baik kritikan yang muncul dari dalam atau pun dari luar kekristenan.
Yonas Muanleyhttp://www.blogger.com/profile/14411884438238732841noreply@blogger.com0