. Ujian Semeter dibagi dalam dua tahap, yaitu: Pertama, Ujian Tengah Semester dan, Kedua Ujian Akhir Semester. Pelaksanaannya yakni setelah memenuhi pertemuan ke-6 maka para mahasiswa harus siap menghadapi ujian tengah semester pada pertemuan ke-7. Ujian dilaksanakan secara online. Soal akan diposting beberapa menit sebelum UTS dimulai. Selanjutnya pada pertemuan ke-14 akan diadakan ujian Akhir Semester (UAS). Jawaban ujian disampaikan melalui kolom komentar dengan ketentuan mahasiswa menulis Nama, NIM dan jawaban atas pertanyaan.
loading...
Thursday, December 31, 2015
Apologetika Kristen
Blog ini khusus dirancang untuk mata kuliah Apologetika yang bersifat "Biblika" dan "Filosofis". Untuk itu Apologetika Kristen mesti berlangsung dalam "Kontrol Iman" dan "Berlindung dalam Kasih". Dua pendekatan ini penting dalam melaksanakan apologetika Kristen. Apologetika Kristen yang tidak dikontrol iman akan menyebabkan apologetika yang menyimpang dan akhirnya meninggalkan Tuhan Yesus. Kontrol iman yang dimaksud disini yakni "apologetika Kristen" bersesuaian dengan iman Kristen yang didasari pada isi Alkitab. Sedangkan "perlindungan Kasih/dilindungi Kasih" yang dimaksud disini yakni cara menyampaikan apologetika mesti diwarnai dalam kasih. Jadi isi dan cara dalam ber-apologetika itu penting. Oleh karena itu maka dalam blog ini saya rancang sebuah logo yang menunjukkan apa yang dimaksud dengan "Apologetika yang dikontrol iman dan dilindungi Kasih" (lihat logo di atas)
Wednesday, December 30, 2015
Standar Kompetensi
Mahaiswa mampu merekonstruksi teori apologetika yang bersifat biblika dan filosofis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari MEA 2016.
-----------------------------------------------
Penjelasan tentang Perubahan yang diharpak dalam Standar Kompetensi Mata Kuliah "Apologetika" sebagaimana dalam rumusan di atas.
Penjabaran Perubahan yang diharapkan dari belajar mata kuliah Apologetika sesuai rumusan SK di atas, yakni agar mahasiswa setelah belajar Apologetika dalam waktu enam bulan menunjukkan perubahan dalam:
Kognitif (perubahan pengetahuan): seperti perubahan dalam hal: mengetahui/menghafal/mengingat (knowledge); perubahan dalam pemahaman (comprehension), perubahan dalam penerapan (application), perubahan dalam analisis (analysis), perubahan dalam sintesis (syntesis), perubahan dalam penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) terhadap Apologetika yang dipelajarinya dalam kurun waktu satu (1) Semester atau enam (6) bulan.
Afektif (Sikap). Perubahan ini berhubungan dengan sikap dan nilai dari para mahasiswa/yang mempelajari mata kuliah Apologetika. Perubahan ranah afektif dari pembelajar mata kuliah ini yakni mengalami perubahan watak perilaku seperti: perasaan terhadap mata kuliah apologetika, minat terhadap mata kuliah apologetika, sikap terhadap mata kuliah apologetika, emosi, dan nilai terhadap mata kuliah dan bagaimana mempengaruhi dalam keseluruhan ranah afektif dari peserta mata kuliah apologetika. Perubahan ini ditopang juga dengan perubahan kognitif. Artinya menurut pakar pendidikan yang menyatakan diperkirakan berubah apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Jadi, perubahan afektif sebagai hasil belajar ditandai dengan ciri-ciri yakni hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Selanjutnya perubahan ranah afektif meliputi beberapa tingkatan, yaitu: perubahan dalam hal: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization (mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Psikomotorik (Ketrampilan). Perubahan dalam ranah psikomotorik dari peserta didik yang mengikuti mata kuliah Apologetika yaitu mahasiswa mengalami perubahan dalam keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah mahasiswa mengikuti atau menerima pengalaman belajar mata kuliah Apologetika. Perubahan psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Perubahan dalam ranah psikomotor mahasiswa dalam mata kuliah Apologetika yakni perubahan yang berkorelasi dengan aktivitas fisik, yaitu kemampuan dalam melakukan Apologetika. Perubahan mahasiswa dalam keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap Apologetika, (2) sesudah mengikuti pembelajaran Apologetika, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan pelayanannya, seperti di Gereja dan Sekolah.
Standar Kompetensi
Standar Kompetensi (SK)
Mahaiswa mampu merekonstruksi teori apologetika yang bersifat biblika dan filosofis serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai saksi Kristus di tengah masyarakat multicultural, khususnya dalam kompetisi “kreativitas” dan “inovasi” yang merupakan “roh” dari MEA 2016.
Penjabaran Perubahan yang diharapkan dari belajar mata kuliah Apologetika sesuai rumusan SK di atas, yakni agar mahasiswa setelah belajar Apologetika dalam waktu enam bulan menunjukkan perubahan dalam:
Kognitif (perubahan pengetahuan): seperti perubahan dalam hal: mengetahui/menghafal/mengingat (knowledge); perubahan dalam pemahaman (comprehension), perubahan dalam penerapan (application), perubahan dalam analisis (analysis), perubahan dalam sintesis (syntesis), perubahan dalam penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) terhadap Apologetika yang dipelajarinya dalam kurun waktu satu (1) Semester atau enam (6) bulan.
Afektif (Sikap). Perubahan ini berhubungan dengan sikap dan nilai dari para mahasiswa/yang mempelajari mata kuliah Apologetika. Perubahan ranah afektif dari pembelajar mata kuliah ini yakni mengalami perubahan watak perilaku seperti: perasaan terhadap mata kuliah apologetika, minat terhadap mata kuliah apologetika, sikap terhadap mata kuliah apologetika, emosi, dan nilai terhadap mata kuliah dan bagaimana mempengaruhi dalam keseluruhan ranah afektif dari peserta mata kuliah apologetika. Perubahan ini ditopang juga dengan perubahan kognitif. Artinya menurut pakar pendidikan yang menyatakan diperkirakan berubah apabila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Jadi, perubahan afektif sebagai hasil belajar ditandai dengan ciri-ciri yakni hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Selanjutnya perubahan ranah afektif meliputi beberapa tingkatan, yaitu: perubahan dalam hal: Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization (mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Psikomotorik (Ketrampilan). Perubahan dalam ranah psikomotorik dari peserta didik yang mengikuti mata kuliah Apologetika yaitu mahasiswa mengalami perubahan dalam keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah mahasiswa mengikuti atau menerima pengalaman belajar mata kuliah Apologetika. Perubahan psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Perubahan dalam ranah psikomotor mahasiswa dalam mata kuliah Apologetika yakni perubahan yang berkorelasi dengan aktivitas fisik, yaitu kemampuan dalam melakukan Apologetika. Perubahan mahasiswa dalam keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung terhadap Apologetika, (2) sesudah mengikuti pembelajaran Apologetika, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan pelayanannya, seperti di Gereja dan Sekolah.
Yustinus Martir
Apologetika Kristen Bertolak dari sabda-Nya dalam Kitab Suci, yaitu Alkitab.
Yustinus Lahir tahun 95 atau 100 Masehi di Samaria atau Flavia Neapolis, Yudea (Saat ini Nablus), dan meninggal dunia pada tahun 165, di Roma, Kekaisaran Romawi. Yustinus sangat dikenal dalam kalangan gereja Inggris Gereja Ortodoks Timur, Gereja Lutheran, dan Gereja Katolik Roma. Yustinus disebut juga dengan sebutan Yustinus dari Kaisarea atau Yustinus sang filsuf. Yustinus juga dikenal sebagai salah seorang penulis Kristen paling terkenal melalui karyanya yakni “ Liber Apologeticus - "Apologi Pertama". Sampai pada akhir hidup Yustinus, yakni mati syahid menjadi martir. Oleh karena itu namanya disebut sebagai Yustinus Martir.
Sebagai seorang filsuf, Yustinus aktif mempelajari ajaran-ajaran Stoa (filsafat Stoa), Aristoteles, dan Phytagoras, tetapi akhirnya ia menganut sistem pemikiran (filsafat) Plato. Cara Yustinus menjadi seorang Kristen yakni ketika Yustinus merenungkan isi atau tulisan-tulisan dalam Taurat, membaca Injil serta surat-surat Paulus. Kemudian Yustinus bertemu dengan seorang tua yang bertapa di padang sunyi di Palestina. Orang tua ini mengajarkan kepada Yustinus tentang Kitab Suci, para nabi dalam Perjanjian Lama. Melalui peristiwa ini (pengajaran) Yustinus menemukan bahwa ia menemukan kebenaran sejati dalam agama Kristen. Akibat dari pemahaman ini, dan oleh karya Roh Kudus, Yustinus bertobat menjadi Kristen pada tahun 130. Setelah pertobatannya, Yustinus melaksanakan suatu tugas mulia yaitu mengajar di Efesus. Yustinus memandang pengajaran Kristen sebagai filsafat (kebenaran) yang nilainya lebih tinggi dari filsafat Yunani (kebenaran Yunani).
Keterlibatan Yustinus dalam Apologetika Kristen
Yustinus setelah bertobat dan dalam perjalanan hidupnya, ia berjuan dalam Perjuangan bagi kekristenan. Di Zamannya, dirinya dan orang-orang Kristen hidup pada masa atau keadaan yang tidak menguntungkan. Yustinus sering melihat bahwa banyak orang Kristen yang dihambat dan dianiaya. Oleh karena rasa keprihatinannya, maka Yustinus mulai mengadakan pembelaan terhadap kekristenan dari serangan yang dilancarkan oleh pemerintah Roma yang tidak beragama Kristen.
Apologi Yustinus dilakukan melalui tulisan. "Apologi Pertama", Yustinus tujukan kepada Kaisar Antoninus Pius (dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang). Dalam apologi yang dilakukan melalui tulisan kepada Kaisar Antonius Pius, Yustinus menyatakan bahwa orang Kristen menuntut keadilan. Jika orang Kristen bersalah, ia harus diadili. Yustinus menolak bila orang Kristen dihukum karena mereka seorang Kristen. Yustinus juga menjelaskan tentang ibadah Kristen dan Perjamuan Kudus, sehingga kecurigaan kekaisaran Roma terhadap orang Kristen sebagai kelompok subversif, amoral, dan kriminal pun terhapus. Seperti Paulus, Yustinus tidak meninggalkan orang-orang Yahudi ketika ia berpaling kepada orang-orang Yunani. Dalam karya besar Yustinus yakni, "Dialog dengan Tryfo", Yustinus menulis kepada seorang Yahudi kenalannya, bahwa Kristus adalah penggenapan tradisi Ibrani.
Apologetika Yustinus juga diarahkan pada hal-hal tentang tata ibadah, Baptisan, dan Perjamuan Kudus dalam gereja pada abad ke 2. Apologetikanya tentang ibadah Kristen yaitu bahwa ibadah Kristen dilakukan pada hari Minggu karena Allah beristirahat pada hari ketujuh, dan karena Kristus bangkit pada hari tersebut. Selanjutnya tentang praktek baptisan, Yustinus menyatakan bahwa mereka yang dibaptis adalah mereka yang telah percaya kepada pengajaran Kristen dan yang telah berjanji hidup mengikuti ajaran-ajaran tersebut.
Apologetika Yustinus tidak hanya dilakukan melalui tulisan tetapi juga melalui argumentasi dengan lawan iman Kristen. Untuk maksud ini Yustinus mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu berargumentasi tentang iman yang diyakininya kepada lawan bicara Misalnya di Efesus, Yustinus bertemu dengan Tryfo, di Roma, Yustinus juga bertemu Marcion, pemimpin kelompok Gnostik. Namun pada suatu perjalanannya ke Roma, Yustinus pernah bersikap tidak ramah terhadap seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa setempat (Roma) atas tuduhan memfitnah. Akibatnya Yustinus ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya. Cara mati Yustinus seperti inilah yang kemudian dalam kepercayaan Kristen disebut Martir. Martir dalam iman Kristen adalah mereka yang mati secara tidak wajar karena mempertahankan imannya. Cara tidak wajar yang dimaksud disini, seperti: dipenggal, disalibkan, dirajam dll.
(Diadaptasi dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Yustinus_Martir, tanggal, 30 Desember 2015)
Apologetika Yustinus Martir, Oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Apologetika Rasul Paulus
Apologetika Kristen dilanjutkan oleh Para Rasul Yesus Kristus dalam lindungan kasih dan dikontrol iman.
1. Perjumpaan dengan Kristus sebagai dinamika Apologetika Paulus: Oleh Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Perjumpaan dengan Yesus Kristus menegaskan bahwa Paulus mengalami keinsafan akan apa yang diperbuat terhadap pengikut Yesus dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut atau Paulus mengalami pertobatan. Sebelum bertobat. Paulus bernama Saulus dia adalah orang yang sangat giat melakukan penganiyaan dan membunuh orang Kristen. Dalam Kisah Para Rasul 8:3, Lukas menggunakan kata-kata yang keras untuk menunjukkan kekejaman Paulus yang di luar dari batas prikemanusiaan. Tindakan Paulus menganiaya orang Kristen didasari oleh kebencian Paulus terhadap Yesus dan ajaran-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya Mesias dari Allah. Pertobatannya terjadi secara mendadak. Oleh karena itu tepatlah penilian George E. Ladd, yang menyatakan bahwa: pertobatan Paulus terjadi bukan secara berangsur-angsur melalui pengkajian, penyelidikan, perenungan dan perdebatan maupun argumentasi, melainkan terjadi dengan sekejap melalui pengalaman di Damsyik. Melalui perjumpaan Paulus dengan Yesus di perjalanan ke Damsyik terjadi perubahan yang radikal baik pendiriannya, maupun konsep berfikir tentang Tuhan dan kehendak-Nya, yang akhirnya menjadi dasar dalam panggilan Paulus dalam melayani Tuhan.
2. Apologetika Paulus yang berdimensi kontekstual
Salah satu kitab dalam Perjanjian Baru yaitu Kisah Para Rasul memberi focus perhatian pada cerita tentang dua tokoh utama yaitu Petrus dan Paulus. Dalam Kis. 22:1 ; 25:16 mengemukakan tentang salah satu kegiatan Paulus dalam mempertanggungjawabkan imannya yaitu apologetika. Selai itu dala suratnya kepada Timotius dalam 2 Timotius 4:16 muncul kata apologetika (pembelaan). Dalam beberapa ayat ini kita mendapati informasi bahwa biassanya ada sebuah kesempatan yang diberikan kepada seorang yang sakit untuk membela dirinya terhadap dakwaan dalam satu perkara. Selanjutnya dalam konteks apologia Paulus, Paulus mengadakan apologetika yaitu ketika Paulus mendapat peluang berbicara kepada Herodes dan Agripa tentang kesempatan yang diberikan kepada Paulus sebagai warga negara Roma untuk memberi jawab atas dakwaan terhadap dirinya. Kata pembelaan atau apologia dapat juga diberi arti sebagai pidato atas pembelaan itu sendiri. Dalam hal ini Pidato Paulus di Yerusalem, maupun pidato yang disampaikan Paulus di hadapan Festus dan Agripa.
Salah satu tindakan apologetika Paulus terjadi di Areopagus. Areopagus berasal dari dua kata yaitu Areios dan Pagos. Areios mengacu kepada nama sebuah bukit di Athena dan Pagos adalah bukit itu sendiri, sehingga Areopagus adalah Bukit Pagos. Dalam tradisi orang Yunani, Areopagus adalah tempat sidang, mahkama agung orang Athena atau dewan pengadilan bertemu untuk memutuskan suatu perkara tentang pendidikan, moral, dan keagamaan.
Apologetika Paulus di Areopagus: “Hai orang-orang Athena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa” (ayat 22b). la mulai mendekati mereka dengan cara yang sepositif mungkin dan berusaha menghindari konfrontasi. Setelah memuji mereka, ia menemukan suatu jembatan supaya pesan yang disampaikan dapat mencapai sasaran dan sekaligus relevan bagi para pendengarnya: “Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Tuhan yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.” (ayat 23). Paulus menjadikan sebuah mezbah sebagai titik tolak untuk menyampaikan Allah yang tidak mereka kenal. Paulus juga menyampaikan kepada jemaat Korintus tentang apa yang dilakukan Paulus. Paulus menyatakan: Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah Hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah Hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah Hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah Hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah Hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.(I Kor. Korintus 9:19-23)
Paulus Sebelum Bertobat
Paulus sebelum mengenal Yesus bertindak sebagai lawan bahkan pembinasa pengikut Yesus Kristus. Paulus dari Tarsus (awalnya bernama Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi). Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga negara Romawi. Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia (sekarang di Turki), dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel. Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Diadaptasi dari sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Paulus_dari_Tarsus, Diakses tanggal, 30/12 2015)
Tuesday, December 29, 2015
Dasar Apologetika
Setiap pokok pembahasan diarahkan pada Standar Kompetensi atau perubahan apa yang diharapkan terjadi dalam diri para mahasiswa setelah mengikuti mata kuliha "Apologetika": Pendekatan Biblikan dan Filosofis terhadap pertanggungjawaban iman Kristen yang dipercayai Komunitas Kristen. Tujuan ini secara periodik (enam bulan) telah tercermin dalam rumusan STANDAR KOMPETENSI (lihat Rumusan Standar Kompetensi)
Apologetika yang benar memiliki dasar sebagaimana dalam I Pet 3 :15-16 “Tetapi kuduskanlah Kristus itu. Di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggung ajwab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan itu”. Selain itu dasar apologetika yakni sebagai suatu pertanggunganjawab (1 Pet.3:15) atau perkataan alkitabiah. Ini merupakan dasar berapologetika.
Dasar Apologetika, oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Pengertian Apologetika
Apologetika Kristen beranjak dari dasar pemahaman yang benar.
Arti Apologetika oleh: Dr. Yonas Muanley, M.Th.
Dalam Wikipedia kita mendapat penjelasan tentang apologetika yakni dari sisi etimologi, apaologetika merupakan kata Yunani Kuno resmi yang didalamnya terdapat dua kunci istilah yang bersifat teknis. Kedua istilah yang dimaksud yakni penuntutan menghasilkan kategoria, dan tergugat membalas dengan sebuah apologia. Membuat sebuah apologia berarti membuat sebuah khotbah yang resmi atau memberi sebuah penjelasan untuk menjawab dan membantah tuntutan, seperti dalam hal pertahan yang ditunjukkan oleh Socrates. (Diadaptasi dari:https://id.wikipedia.org/wiki/Apologetik, 30/12 2015)
Selain itu kita juga mendapat informasi dari sumber-sumber lain yang menyatakan bahwa kata apologetika berasal dari Yunani à Apologia = Pembelaan = Apologeoma. Apo = dari pada; logos : kata; bahasa. Apologeomai = berbicara dari pada (diri sendiri) atau membela diri.
Untuk memperkaya pemahaman tentang apologetika, maka beberapa pengertian berikut menolong kita. Apologetika berarti:
1) Pembela tindakan
2) Pembela kebenaran
3) Kepercayaan atas kebenaran itu
4) Memberi jawab I Kor 3 :15/ Yudas 3
5) Pembelaan (diri pemberita). Menjelaskan berita = menyatakan kebenaran. Contoh : Paulus konsisten dengan beritanya.
6) Menjernihkan (mengklirkan), memisahkan yang salah (ajaran-ajaran yang tidak sama dengan Firman Allah). Di Gereja : à doktrin-doktrin
7) Apologetika = pra penginjilan
8) Apologetika adalah bagian dari penginjilan dan di dalam penginjilan terdapat Apologetika.
Selanjutnya kita rinci arti apologetika sbb:
1) Arti secara etimologi. Apologetika dari kata Yunani “apologia” yang adalah pembelaan atau perbuatan membela, jawaban.
2) Apologetika atau apologetics adalah pembelaan keyakinan Kristiani mengenai Allah, Kristus, Gereja dan tujuan hidup umat manusia. Pembelaan ini dapat ditunjukan kepada pemeluk agama lain, anggota komunitas Kristiani yang lain, warga komunitas sendiri yang ragu-ragu atau kepada orang beriman biasa yang ingin mengerti bahwa iman mereka dapat dipertanggungjawabkan.
3) Menurut John M. Frame, apologetika adalah ilmu yang mengajar orang kristen bagaimana memberi pertanggungan jawab tentang pengharapannya.
4) Menurut Frame, Richard L. Pratt Jr., mendefinisikan apologetika sebagai studi yang mempelajari secara langsung bagaimana mengembangkan dan menggunakan pembelaan itu.
5) Apologetika àdalah Cabang ari ilmu theologia yang mempelajari pembelaan dan pembuktian kebenaran Kristen dengan tujuan mendewaskan umat dan memberitakan injil.
6) Apologetika àdalah Ilmu yang mengajar orang Kristen bagaimana memberi pertanggung jawaban tentang iman dan pengharapan yang diyakini.
7) Apologetika adalah pembelaan berarti isi pidato atau perbuatan membela atau member jawaban atas isi kepercayaan.
8) Apologetika adalah suatu pekerjaan membela atau mempertahankan diri dalam bentuk kata-kata dengan maksud menyatakan apa yang diyakini seseorang.
9) Apologia juga dapat berarti : berbicara untuk mempertahankan atau memberikan jawaban .
10) Menurut R. C. Sproul, apologetika kristen sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain tentang apa yang diyakini atau dipercayaui dan mengapa ia mempercayainya.
11) apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya.
12) apologetika merupakan adalah pembelaan atau memberi jawab terhadap lawan yang sedang menyerang atau mempertanyakan isi kepercayaan. Dalam konteks pemahaman ini apologetika Kristen atau pembelaan Kristen adalah suatu usaha memberi pertanggunganjawab terkait iman Kristen kepada siapa saja yang mempertanyakannya.
13) Rahmiati Tanudjaja apologetika Kristen merupakan pembelaan yang lebih menekankan pada kemampuan berpikir filsafati atau filsafat Kristen, sebagaimana yang dikemukakan
14) Menurut Cornelius Van Til, apologetika Kristen adalah usaha untuk mempertahankan filsafat Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk filsafat non-Kristen. Oleh karena itu, apologetika melibatkan argumentasi penalaran intelektual yang berkenaan dengan wawasan dunia Kristen.
15) Menurut John M. Frame dan Edgar C. Powell membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (IKor. 15:1-11); pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16); dan penyingkapan, yaitu menyingkapan kesalahan atau kesalah-pahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1, IKor. 1:18-2:16). Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya.
16) Jhon M. Frame menjelaskan tentang aspek dalam apologetika yaitu Apologtika Sebagai Pembuktian. Apologetika sebagai pembuktian menjelaskan tentang upaya dan metode untuk menyampaikan satu dasar yang rasional bagi iman Kristen, dan upaya untuk membuktikan kebenaran kekristenan.
17) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika defensif. Yesus dan para Rasul sering memberikan bukti kepada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran Injil (Yoh. 14:11; 20; 24:31).
18) Apologetika itu dimaksudkan untuk menghahdapi ketidakpercayaan yang ada di dalam diri orang percaya.
19) Apologetika digunakan untuk menjelaskan eksistensi Allah dan kebenaran Injil, dan menyingkapkan kebenaran doktrin Alkitab dalam berbagai argumentasi.
20) Apologetika sebagi pembelaan adalah sebuah upaya untuk menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Misalnya sejumlah tulisan Paulus yang menekankan apologetika sebagai suatu pembelaan. Apologetika semacam ini menekankan perihal apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai peristiwa dalam perspektif Alkitab.
21) Apologetika juga dapat dipahami sebagai penyerangan yaitu apologetika sebagai penyerangan digunakan untuk menyerang kebodohan dari (akibat dari) pikiran yang tidak percaya. (Maz. 14: 1 ; 1 Kor. 1:18 -2:16).
22) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika Ofensif. Apologetika ofensif itu tidak hanya digunakan hanya sebagai pemberian jawab saja, tetapi juga bermakna satu serangan terhadap kepalsuan yang menyesatkan (2 Kor. 10:15). Hal ini penting, sebab sebuah kebodohan memang hams diserang, tetapi sebuah penyerangan yang arif dan bijak melalui sebuah argumentasi yang medidik. Pemikiran non Kristen adalah sebuah kebodohan, jadi tugas seorang apologis adalah untuk menyingkapkan kebodohan tersebut, seperti penyembahan berhala, ateisme. relativisme, humanisme, dan isme-isme yang lain.
23) Apologetika menjelaskan tentang pembelaan atau memberi jawab terhadap satu doktrin, baik kritikan yang muncul dari dalam atau pun dari luar kekristenan.